Powered By Blogger

Rabu, 27 Oktober 2010

TUGAS 2 “The Big Four Auditors”

Auditor Empat Besar (The Big Four Auditors) adalah kelompok empat firma jasa professional dan akuntansi internasional terbesar, yang menangani mayoritas pekerjaan audit untuk perusahaan publik maupun perusahaan tertutup. Auditor Empat Besar adalah sebagai berikut, dengan data terakhirnya:
Firma Pendapatan Karyawan Tahun Fiskal
PricewaterhouseCooper [1] $28.2 miliar 146.700 2008
Deloitte Touche Tohmatsu [2] $27.4 miliar 165.000 2008
Ernst & Young [3] $24.5 miliar 130.000 2008
KPMG [4] $19.8 miliar 123.000 2007
Kelompok ini sempat dikenal sebagai "Delapan Besar", dan berkurang menjadi "Lima Besar" melalui serangkaian kegiatan merger. Lima Besar menjadi Empat Besar setelah keruntuhan Arthur Andersen pada 2002, karena keterlibatannya dalam Skandal Enron..
1. PricewaterhouseCoopers
PricewaterhouseCoopers (PwC) adalah kantor jasa professional terbesar di dunia saat ini. Kantor ini dibentuk pada tahun 1998 dari penggabungan usaha antara Price Waterhouse dan Coopers & Lybrand. PwC adalah yang terbesar di antara the Big Four auditors, yang lainnya adalah Deloitte, Ernst & Young dan KPMG.
Jenis : Partnership
Industri : Akuntansi, Jasa Professional, Perpajakan, Konsultansi
Didirikan : 1849 (nama yang sekarang digunakan sejak 1998)
Kantor Pusat : Kantor pusat di New York City
Tokoh Penting: Pimpinan Samuel A. DiPiazza Jr
Produk : Jasa Profesional
Pendapatan : 20.3 miliar dolar AS (2005) [1]
Karyawan : 130.000
Situs web : www.pwc.com

sejarah
Kantor ini dibentuk dengan adanya penggabungan usaha dari dua kantor besar yaitu Price Waterhouse dan Coopers & Lybrand. Kedua kantor ini memiliki sejarah panjang sejak abad ke-19.
Price Waterhouse
Samuel Price, seorang akuntan, mulai praktek di London pada tahun 1849. Dalam tahun 1865 Price membuat persekutuan dengan William Holyland dan Edwin Waterhouse. Sejak tahun 1874 kantor ini kemudian dikenal dengan nama Price, Waterhouse & Co. Holyland akhirnya meninggalkan persekutuan itu dan kemudian huruf '& Co' dan koma dihilangkan dari nama kantor tersebut. Di akhir tahun 1800-an, Price Waterhouse mendapat pengakuan sebagai suatu kantor akuntan publik tepercaya. Dengan berkembangnya perdagangan antara Britania Rayadan Amerika Serikat, Price Waterhouse kemudian membuka kantornya di New York dalam tahun 1890, yang kemudian kantor di Amerika ini berkembang dengan sangat pesatnya. Kantor asalnya di Inggris juga membuka banyak kantor di negara-negara Persemakmuran Inggris. Setiap kali mendirikan persekutuan terpisah di setiap negara, setiap sekutu yang diberikan insentif yang baik untuk meluaskan praktek lokalnya. Jadi kegiatan PW di seluruh dunia merupakan suatu gabungan kantor-kantor lokal yang berkembang secara alamiah dibandingkan dengan merupakan hasil dari penggabungan usaha internasional.
Coopers & Lybrand
Seperti PW, Coopers & Lybrand juga didirikan dalam abad kesembilanbelas. Dalam tahun 1854 William Cooper mulai berpraktek di London, yang tujuh tahun kemudian berganti nama menjadi Cooper Brothers saat ketiga saudaranya bergabung. Di Amerika Serikat dalam tahun 1898 Robert H. Montgomery, William M. Lybrand, Adam A. Ross Jr. dan kakaknya T. Edward Ross mendirikan Lybrand, Ross Brothers and Montgomery. Coopers & Lybrand merupakan hasil penggabungan antara Cooper Brothers & Co; Lybrand, Ross Bros & Montgomery dan sebuah kantor dari Kanada McDonald, Currie and Co. dalam tahun 1957. Dalam tahun 1990 Coopers & Lybrand bergabung dengan Deloitte Haskins & Sells di Britania Raya, namun sebagian dari Deloitte bergabung dengan Touche Ross dan membentuk Deloitte Touche Tohmatsu.
Untuk menambah pembentukan kantor di berbagai ibukota utama dunia, seringkali PW atau Cooper menggabungkan diri dengan kantor akuntan lokal. Dengan cara ini terbentuklah kantor-kantor di tiap negara dan menggelembungkan jumlah kantornya agar bisa menawarkan jasanya dimanapun mereka berada. Pertumbuhan juga dirasakan dengan bertambahnya kebutuhan audit khususnya setelah Depresi Hebat dalam tahun 1920-an dan 1930-an dan juga dengan bertambah kompleksnya perpajakan.
Sebagai kelanjutan usahanya dalam memperoleh skala ekonomis, PW dan Arthur Andersen pernah membicarakan suatu penggabungan dalam tahun 1989, namun akhirnya negosiasi ini gagal terutama karena adanya konflik kepentingan contohnya keterkaitan bisnis Andersen dengan IBM padahal PW mengaudit IBM. Dalam tahun 1998 Price Waterhouse dan Coopers & Lybrand bergabung dan membentuk PricewaterhouseCoopers. Tahun berikutnya, pembicaraan untuk menggabungkan PwC dengan Grant Thornton gagal. Oleh karena berkurangnya jumlah kantor-kantor besar, sepertinya otoritas pengatur kompetisi akan sulit meluluskan ijin penggabungan usaha.
Struktur dan jenis jasa
Bentuk hukum suatu persekutuan sangat berbeda dengan suatu perusahaan dan sebenarnya secara global kantor ini merupakan gabungan dari kantor-kantor anggota yang mempunyai otonomi sendiri dalam masing-masing jurisdiksi negaranya masing-masing. Rekan senior dari kantor-kantor anggota duduk dalam suatu jajaran direksi yang merupakan payung organisasi yang dinamakan PricewaterhouseCoopers International Limited, suatu perusahaan yang di Britania Raya yang melakukan koordinasi. Saat ini, secara global dipimpin oleh Samuel A. DiPiazza Jr, (52 tahun), seorang rekan ex-Coopers & Lybrand.
PricewaterhouseCoopers memberikan bidang jasa di banyak negara di antaranya:
• Audit dan Atestasi
• Perpajakan, (perencanaan dan kepatuhan terhadap peraturan perpajakan)
• Konsultansi, termasuk pemantapan kinerja, transaksi dan penggabungan usaha serta akuisisi, dan manajemen krisis dalam berbagai area spesialisasi seperti jasa konsultansi akuntansi dan aktuarial
Daftar klien
Sekitar 82% dari penghasilan tahunan PwC disumbang oleh Eropa dan Amerika Utara, Eropa sendiri mencatat sebesar 45%. Jasa yang paling dominan adalah Audit dan Atestasi, yang menyumbang lebih dari 50% pendapatan PwC.
Pada Maret 2005, klien audit PricewaterhouseCoopers termasuk empat dari sepuluh perusahaan publik terbesar di Amerika Serikat (ExxonMobil, Ford Motor Company ChevronTexaco dan IBM). PwC juga mengaudit empat dari sepuluh perusahaan terbesar di Britania Raya (GlaxoSmithKline, Royal Dutch Shell, Barclays dan Lloyds TSB).
Klien besar PwC lain di antaranya American International Group, Freddie Mac, Bank of America, JP Morgan Chase, Tesco, Unilever, dan Academy of Motion Picture Arts and Sciences, yang melakukan tabulasi pemungutan suara untuk Academy Awards.
2. Deloitte Touche Tohmatsu
Jenis : Swasta
Industri : Jasa Profesional
Didirikan : London, Britania Raya (1895)
Kantor pusat : New York City, New York
Tokoh penting : Pimpinan : William G. Parrett
Ketua : Piet Hoogendoorn
Produk: Audit, Perpajakan, Konsultansi, Jasa risiko korporasi, Penasehat keuangan.
Pendapatan: 18,2 miliar dollar Amerika Serikat (2005)
Karyawan : 121,283 (2005)
Situs web: www.deloitte.com
sejarah
Deloitte Touche Tohmatsu (juga terkenal dengan merek Deloitte) adalah urutan kedua terbesar di dunia dalam bidang jasa profesional setelah PricewaterhouseCoopers dan merupakan anggota dari the Big Four auditors, sebuah kelompok kantor akuntan internasional terbesar di dunia. Dalam tahun 2004, dengan 16,4 miliar dolar Amerika Serikat, mereka merupakan yang terbesar di antara the Big Four auditors dalam hal penghasilan. Sebagai tambahan dari jasa akuntansi, Deloitte adalah satu dari kantor penasehat bisnis yang terbesar di dunia yang menawarkan jasa manajemen strategik dan operasional pada perusahaan-perusahaan dalam Fortune 500.
Sebelumnya, kantor ini dikenal dengan nama Deloitte & Touche yang terbentuk karena bergabungnya Touche Ross dan Deloitte Haskins & Sells (di luar Kerajaan Inggris) pada tahun 1990. Dalam tahun 1993, kantor internasional mengubah namanya menjadi Deloitte Touche Tohmatsu, nama yang ketiga berasal dari kantor Tohmatsu & Co, yang bergabung dengan Touche Ross dalam tahun 1975. Nama kantor ini merupakan gabungan nama William Welch Deloitte, George Touche, dan Panglima Nobuzo Tohmatsu. Nama Deloitte adalah nama tertua yang terus-menerus digunakan dalam profesi akuntansi. Deloitte Touche Tohmatsu berbentuk hukum Swiss Verein, suatu organisasi keanggotaan berdasarkan Undang-undang Sipil Swiss (Swiss Civil Code) dimana setiap anggotanya merupakan badan hukum tersendiri dan independen. Kantor pusat globalnya berkedudukan di Manhattan, New York.
Menurut website-nya, sampai tahun 2004, Deloitte mempekerjakan 115.000 profesional pada hampir 150 negara, menawarkan jasa audit, perpajakan, konsultansi dan penasehat keuangan kepada lebih dari separuh jumlah perusahaan terbesar di dunia.
Deloitte di Indonesia di wakili oleh Osman Bing Satrio dan Rekan, juga didukung oleh PT. Deloitte Konsultan Indonesia dan Deloitte Tax Service.

3. Ernst & Young
Ernst & Young merupakan perusahaan global yang terdiri dari sejumlah perusahaan anggota. EY Global bermarkas di London, EY AS di New York, dan EY Indonesia di Jakarta.
Jenis : Perusahaan anggota mempunyai bentuk legal yang bervariasi, AS dan Britania: Limited Liability Partnership
Industri : Jasa professional
Didirikan : 1989; komponen individual dari 1849
Kantor pusat : London, Inggris, Britania Raya
Tokoh penting : James S. Turley, Direktur dan CEO
Produk : Audit, Perpajakan, Konsultasi.
Pendapatan : 24.523 juta Dolar AS (2008)
Karyawan : 135.730 (Global)
Divisi : Assurance, Tax, Transactions, Advisory (Lihat di bawah)
Situs web : www.ey.com

Sejarah
Pada tahun 1903, perusahaan Ernst & Ernst didirikan di Cleveland oleh Alwin dan Theodore Ernst. Pada tahun 1906, Arthur Young & Company didirikan di Chicago oleh Arthur Young.
Pada awal tahun 1924, perusahaan-perusahaan AS tersebut beraliansi dengan perusahaan dari Britania Raya, Young dengan Broad Paterson & Co, dan Ernst dengan Whinney, Smith & Whinney. Pada 1979, Ernst & Whinney terbentuk dan menjadi firma akuntansi keempat terbesar di dunia. Pada tahun 1989, peringkat empat bergabung dengan peringkat lima, Arthur Young, sehingga tercipta Ernst & Young ("EY").
Indonesia
Di Indonesia, EY berafiliasi dengan Kantor Akuntan Publik Purwanton, Suherman & Surja (PSS). Klien utama Ernst & Young antara lain Pertamina, Bank Negara Indonesia (BNI), Bank Rakyat Indonesia (BRI), PT Krakatau Steel & Group, Coca Cola Bottling Indonesia & Indosat
Struktur global
Setiap negara anggota EY dikelola sebagai bagian dari salah satu dari lima wilayah:
• Eropa, Timur Tengah, India & Afrika (EMEIA)
• Amerika
• Timur Jauh
• Oseania
• Jepang
Setiap wilayah memiliki sebuah tim manajemen tunggal, dipimpin oleh seorang Area Managing Partner yang duduk dalam Dewan Eksekutif Global (Global Executive Board). Seluruh wilayah mengintegrasikan model bisnis mereka.
Lini jasa dan pertumbuhan
EY memiliki empat lini jasa utama:
• Assurance, yaitu audit keuangan (assurance pokok) yang menyumbangkan 54% dari total pendapatan pada 2007.
• Tax, meliputi Business Tax Compliance, Human Capital, Indirect Tax, International Tax Services, Tax Accounting & Risk Advisory Services, dan Transaction Tax, dengan kontribusi pendapatan pada 2007 sebesar 22%.
• Transactions meliputi due diligence komersial, keuangan, real estat, dan pajak, merger & akuisisi, penilaian & pemodelan bisnis, restrukturisasi korporasi, dan jasa integrasi. Dikenal sebagai Transaction Advisory Services (TAS).
• Advisory, meliputi Technology and Security Risk Services (TSRS), Fraud Investigation and Dispute Services (FIDS), dan Business Risk Services (BRS). Sebelumnya lini jasa ini disatukan dengan Assurance dalam Assurance and Advisory Business Services (AABS). Lini jasa ini menyumbangkan 12% pendapatan pada 2007.
Bisnis jasa konsultasi EY berkembang sangat pesat selama tahun 1980-an dan 1990-an. Oleh karenanya U.S. Securities and Exchange Commission (Bapepam Amerika Serikat) dan anggota komunitas investasi sangat mengkhawatirkan kemungkinan terjadinya konflik kepentingan antara jasa konsultasi dan audit. Namun demikian, EY adalah yang pertama dari the Big Four auditors yang kemudian secara resmi melakukan pemisahan secara penuh atas kegiatan bisnis sistem integrasi dan praktek auditnya.
Klien audit global besar
Ernst & Young adalah auditor dari banyak perusahaan utama di Fortune 1000 seperti AOL Time Warner, Wal-Mart, Amazon.com, 3M, Oracle, McDonald’s, Google, Intel, Hewlett-P


4. KPMG
KPMG adalah salah satu perusahaan jasa profesional terbesar di dunia. KPMG mempekerjakan 104.000 orang dalam partnership global menyebar di 144 negara. Pendapatan komposit dari anggota KPMG pada 2005 adalah US$15,7 milyar. KPMG memiliki tiga jalur layanan: audit, pajak, dan penasehat. KPMG adalah salah satu anggota the Big Four auditors, bersama dengan PricewaterhouseCoopers, Ernst & Young dan Deloitte.
Jenis : Swiss Verein
Industri : Jasa professional
Didirikan : 1987; komponen individual sejak 1870
Kantor pusat : Amsterdam, Belanda
Produk : Audit, Pajak, Penaseha
Pendapatan : 15.7 miliar dolar AS (2005)
Karyawan : 104.000
Situs web : www.kpmg.com
Setiap perusahaan nasional KPMG adalah sebuah badan legal independen dan merupakan anggota dari KPMG internasional, perusahaan Swiss Verein yang bermarkas besar di Belanda. Pada awal 2005, perusahaan anggotanya di AS, KPMG LLP, dituduh oleh Departemen Kehakiman Amerika Serikat atas penipuan dalam memasarkan perlindungan pajak yang menyimpang dari hukum. Dalam suatu kesepakatan, KPMG LLP mengakui telah berbuat kejahatan dengan menciptakan perlindungan pajak palsu untuk menolong klien-kliennya yang kaya untuk menghindari pajak sebesar $2.5 milyar dan setuju untuk membayar hukuman denda sebesar $456 juta. KPMG LLP tidak akan menghadapi tuntutan hukum atas perbuatan kriminal ini selama ia setuju dengan syarat-syarat dalam kesepakatan dengan pemerintah.
KPMG International dipimpin oleh Michael D.V. Rake, Ketua, Mitra Senior KPMG di Britania Raya; Michael P. Wareing, CEO, Mitra KPMG di Britania Raya; John B. Harrison, Ketua-Wilayah Asia Pasifik, Mitra KPMG di RRT dan Hong Kong; Timothy P. Flynn, Ketua-Wilayah Amerika, Ketua KPMG di Amerika Serikat; Ben van der Veer, Ketua-Wilayah Eropa, Timur Tengah dan Afrika, Ketua KPMG di Belanda.
KPMG Indonesia
Di Indonesia, KPMG memiliki partner lokal yaitu KAP Siddharta & Widjaja yang dipimpin oleh Tohana Widjaja
(sumber: Wikipedia bahasa Indonesia)

Minggu, 03 Oktober 2010

Tugas: MENCARI ARTIKEL TENTANG "ETIKA PROFESI AKUNTANSI"

Tugas: ARTIKEL
Etika Akuntansi Program: Sebuah Kebutuhan Profesional
By David F. Bean and Richard A. Bernardi Oleh David F. Bean dan Richard A. Bernardi



DECEMBER 2005 - Fraudulent activities at Enron, WorldCom, HealthSouth, and other companies have had devastating effects on the financial markets and investors. Desember 2005 - kegiatan Penipuan di Enron, WorldCom, HealthSouth, dan perusahaan lain memiliki pengaruh yang sangat buruk di pasar keuangan dan investor. Many senior citizens anticipating retirement have found their assets and dreams decimated. Many ask, “Where were the auditors and accountants who were supposedly protecting our interests?” When upper management “plays with the numbers,” the public often assumes that the accountants and auditors act as willing and active participants in the process. Banyak warga senior mengantisipasi pensiun telah menemukan aset mereka dan impian hancur. Banyak bertanya, "Di mana auditor dan akuntan yang diduga melindungi kepentingan kita?" Ketika manajemen atas "bermain dengan angka," masyarakat sering menganggap bahwa para akuntan dan auditor bertindak sebagai peserta bersedia dan aktif dalam proses. Whether this is a fair assessment or not, the lack of ethics perceived by the public is a severe threat to the accounting profession. Apakah ini adalah penilaian yang adil atau tidak, kurangnya etika dirasakan oleh masyarakat merupakan ancaman parah pada profesi akuntansi.
Retaining or improving its previous level of trust and respect requires the profession to take proactive measures to restore its credibility. Mempertahankan atau meningkatkan tingkat sebelumnya kepercayaan dan menghormati profesi mengharuskan untuk mengambil langkah-langkah proaktif untuk mengembalikan kredibilitasnya. The National Association of State Boards of Accountancy (NASBA) is reviewing the comments received on its exposure draft for Rules 5-1, “Education Requirements—Definitions,” and 5-2, “Education Requirements—Determining Compliance of the Applicant's Education.” A major issue in the exposure draft is the requirement for ethics courses in accounting education. Asosiasi Nasional Dewan Akuntansi Negara (NASBA) sedang mengkaji komentar yang diterima tentang draf eksposur untuk Aturan 5-1, "Pendidikan Persyaratan-Definisi," dan 5-2, "Pendidikan Persyaratan-Menentukan Kepatuhan Pemohon Pendidikan." Masalah utama dalam draf eksposur adalah persyaratan untuk program studi etika dalam pendidikan akuntansi. NASBA has received strong opposition from many academics. NASBA telah menerima oposisi yang kuat dari banyak akademisi. In the authors' view, practicing accountants should control the agenda on qualifications to become a CPA and should become active proponents of ethics education both in the initial education of those entering the profession and in continuing professional education. Dalam penulis melihat, akuntan harus berlatih mengendalikan agenda pada kualifikasi untuk menjadi BPA dan harus menjadi pendukung aktif pendidikan etika baik dalam pendidikan awal mereka memasuki profesi dan melanjutkan pendidikan profesional. The views of the educational institutions and accounting faculty responsible for preparing students for entry into the accounting profession are not always the same as those of practicing professionals. Pandangan dari lembaga pendidikan dan fakultas akuntansi bertanggung jawab untuk mempersiapkan siswa untuk masuk ke dalam profesi akuntansi tidak selalu sama dengan profesional berlatih.
Institutions of Higher Education Lembaga Pendidikan Tinggi
The ubiquity of ethics in the mission statements of both universities and business schools requires greater scrutiny. Kehadiran etika dalam laporan misi kedua universitas dan sekolah bisnis membutuhkan pengawasan yang lebih besar. Many college mission statements contain claims such as “Our graduates are ethical leaders in the business and community” and “We produce ethical decision makers.” Yet only a handful of institutions require an ethics course as part of a student's liberal arts education, and few require a business ethics course. misi perguruan tinggi laporan Banyak mengandung klaim seperti "Lulusan kami adalah pemimpin etika dalam bisnis dan masyarakat", dan Kami memproduksi etis. pengambil keputusan "Namun" hanya segelintir institusi membutuhkan kursus etika sebagai bagian dari seni liberal pendidikan itu mahasiswa, dan beberapa membutuhkan kursus etika bisnis. If ethics is a meaningful component of a school's mission statement, then it should be supported by the requirement of ethics courses in the curriculum Jika etika adalah komponen bermakna dari pernyataan misi sekolah, maka harus didukung oleh kebutuhan kursus etika dalam kurikulum
Accounting Academics Akuntansi Akademisi
The most vocal opponents of the call for increased ethics education are committed proponents of the neoclassical economics paradigm, who seem to perceive ethics education as a threat to their conception of accounting. Vokal lawan sebagian besar panggilan untuk pendidikan etika meningkat berkomitmen pendukung dari paradigma ekonomi neoklasik, yang tampaknya menganggap pendidikan etika sebagai ancaman bagi konsepsi mereka tentang akuntansi. Many members of this group appear to be deeply offended by what they believe was a failure by NASBA to obtain their approval on the inclusion of ethics courses in the accounting curriculum; they are lobbying for a committee to study the matter before NASBA goes forward with an ethics requirement. Banyak anggota kelompok ini tampaknya sangat tersinggung dengan apa yang mereka percaya adalah kegagalan NASBA untuk mendapatkan persetujuan mereka pada inklusi kursus etika dalam kurikulum akuntansi, mereka melobi untuk sebuah komite untuk mempelajari masalah ini sebelum NASBA terus maju dengan etika kebutuhan.
The authors' interpretation of this request for a committee is twofold. penulis Interpretasi atas permohonan panitia ada dua. First, one must ask where these critics have been lately, because ethics is not a new or even recent concern to the profession. Pertama, kita harus bertanya di mana para kritikus telah akhir-akhir ini, karena etika bukan atau bahkan baru-baru kekhawatiran baru untuk profesi. Second, burying the issue of ethics education by forming a committee to ensure nothing will result is a political strategy. Kedua, mengubur masalah pendidikan etika dengan membentuk sebuah komite untuk memastikan tidak akan ada hasilnya adalah strategi politik.
Opponents of ethics courses in accounting have framed the debate in a manner that places an undue burden on the proponents of such ethics courses. Penentang kursus etika dalam akuntansi telah membingkai perdebatan dengan cara yang menempatkan beban yang tidak semestinya pada pendukung kursus etika tersebut. The opponents demand proof that ethics courses result in a significant increase in the ethics of accountants or that ethics courses significantly improve the education of accountants. Permintaan bukti lawan bahwa etika kursus menghasilkan peningkatan yang signifikan dalam etika akuntan atau bahwa etika kursus secara signifikan meningkatkan pendidikan akuntan. The issue should be recast to ask: “What courses are more important in a curriculum educating accountants than an accounting ethics course?” The burden of proof has been and continues to be misplaced; a fairer assessment is needed. Masalah ini harus menyusun kembali bertanya: "Apa program yang lebih penting dalam kurikulum pendidikan akuntan dari sebuah etika kursus akuntansi?" Beban pembuktian telah dan terus menjadi salah, sebuah penilaian yang lebih adil diperlukan. NASBA's proposal of three ethics courses would represent nine credits in a 150-hour curriculum, or just 6%. Teman-proposal NASBA dari tiga program etika akan mewakili sembilan kredit dalam kurikulum 150 jam, atau hanya 6%. Surely the most severe threat to the accounting profession deserves more attention. Tentunya ancaman paling parah pada profesi akuntansi layak untuk mendapatkan perhatian lebih.
Some members of the accounting academic community argue that research is needed to demonstrate the effectiveness and need for ethics courses in accounting. Beberapa anggota komunitas akademik akuntansi berpendapat penelitian yang diperlukan untuk menunjukkan efektivitas dan kebutuhan untuk program etika dalam akuntansi. Again, while this is probably an honest concern for some academics, others will never be sufficiently convinced by the evidence. Sekali lagi, saat ini mungkin menjadi perhatian jujur untuk beberapa akademisi, yang lain tidak akan pernah cukup yakin dengan bukti. Unfortunately, many view this as a tactic to permanently delay the implementation of ethics courses for accountants. Sayangnya, banyak melihat ini sebagai taktik untuk secara permanen menunda pelaksanaan kursus etika untuk akuntan. If these accounting academics were interested in the topic, they would be publishing a significant quantity of articles on ethics, which would be spawning additional research. Jika akademisi akuntansi tertarik pada topik ini, mereka akan menerbitkan jumlah signifikan artikel tentang etika, yang akan pemijahan riset tambahan. Yet, in the premier journal of accounting academics, The Accounting Review , over the period 1980–2004, less than 2% of the published articles were on the subject of ethics. Namun, dalam jurnal utama akademisi akuntansi, Akuntansi Review, selama periode 1980-2004, kurang dari 2% dari artikel yang diterbitkan adalah tentang masalah etika. Such a low figure demonstrates the lack of interest in ethics by the accounting academic community and supports the notion that the academic community significantly distances itself from the concerns and realities confronted by practicing accounting professionals. Seperti sosok yang rendah menunjukkan kurangnya minat dalam etika oleh komunitas akademis akuntansi dan mendukung gagasan bahwa masyarakat akademik secara signifikan jarak diri dari keprihatinan dan kenyataan dihadapkan oleh praktisi profesional akuntansi.

Training Ethics Researchers/Teachers Pelatihan Etika Peneliti / Guru
The authors propose that an initial course in ethics, rooted in philosophy and ethical reasoning, should be a required course prior to taking a discipline-specific ethics course in either business or accounting. Penulis mengusulkan bahwa kursus awal dalam etika, berakar dalam filsafat dan pertimbangan etis, seharusnya menjadi program yang dibutuhkan sebelum mengambil kursus etika tertentu-disiplin baik dalam bisnis atau akuntansi. A discipline-specific ethics course in accounting is essential to the education of students preparing for the profession, and should be taught by tenure-track accounting faculty. Sebuah etika yang spesifik saja-disiplin dalam akuntansi adalah penting bagi pendidikan siswa mempersiapkan profesi, dan harus diajarkan oleh track akuntansi fakultas-kepemilikan. The authors believe that accounting faculty are the most appropriate teachers of accounting ethics. Para penulis percaya bahwa fakultas akuntansi yang sesuai kebanyakan guru etika akuntansi. Within such a course, accounting students should be exposed to real-world dilemmas that capture the complexities and technicalities they will confront in the future. Dalam kursus tersebut, mahasiswa akuntansi boleh terkena dilema dunia nyata yang menangkap kompleksitas dan teknis mereka akan menghadapi di masa depan. Although liberal arts professors are well versed in ethics, very few have a technical background in accounting or knowledge of the business world, which are essential components of an accounting ethics course. Meskipun seni liberal profesor berpengalaman dalam etika, sangat sedikit memiliki latar belakang teknis dalam akuntansi atau pengetahuan tentang dunia bisnis, yang merupakan komponen penting dari sebuah etika kursus akuntansi.
There is currently a shortage of accounting ethics teachers and researchers; for example, Bernardi (“A Commentary on Suggestions for Providing Legitimacy to Ethics Research in Accounting Education,” Issues in Accounting Education , 2004) points out that only 168 of 6,200 accounting faculty indicate that ethics is an area of research interest to them. Saat ini ada kekurangan guru akuntansi dan etika peneliti, misalnya, Bernardi ("A Commentary on Saran untuk Memberikan Legitimasi untuk Etika Penelitian di Pendidikan Akuntansi," Isu dalam Pendidikan Akuntansi, 2004) menunjukkan bahwa hanya 168 dari 6.200 dosen akuntansi menunjukkan bahwa etika merupakan bidang perhatian penelitian kepada mereka. Additionally, while approximately one-third of the journals in the marketing and management areas of business education indicate an interest in professional responsibility and ethics, only four of the 131 (3.1%) accounting-related journals indicate an interest in these areas. Selain itu, sementara sekitar sepertiga dari jurnal di bidang pemasaran dan manajemen pendidikan bisnis menunjukkan minat pada tanggung jawab profesional dan etika, hanya empat dari 131 (3.1%)-terkait jurnal akuntansi menunjukkan minat di bidang ini.
The quantity and quality of accounting ethics teachers and researchers would increase over time if academics included ethics articles in their publications. Kuantitas dan kualitas guru akuntansi dan etika peneliti akan meningkat dari waktu ke waktu jika akademisi termasuk artikel etika dalam publikasi mereka. Professionals can effect change by contributing or redirecting funds to doctoral-granting institutions that are actively engaged in producing ethics research, and graduating doctoral students that produce ethics research. These institutions are identified in “The Place of Ethics Scholarship in the US Accounting Academy: Accounting Doctorates' Research Productivity in Ethics Journals,” by Richard A. Bernardi, David F. Bean, and Paul F. Williams, Research on Professional Responsibility and Ethics in Accounting , 2005. Profesional dapat efek perubahan dengan ikut atau mengalihkan dana untuk doktor-pemberian institusi yang secara aktif terlibat dalam menghasilkan penelitian etika, dan lulus mahasiswa doktor yang menghasilkan penelitian etika:. Lembaga ini diidentifikasi dalam "Tempat Etika Beasiswa di Amerika Serikat Akuntansi Akademi Akuntansi Produktivitas penelitian Doctorates 'dalam Jurnal Etika, "oleh Richard A. Bernardi, David F. Bean, dan Williams F. Paul, Penelitian tentang Tanggung Jawab dan Etika Profesional di bidang Akuntansi, 2005.