ULASAN
Standar Pelaporan Keuangan Internasional (IFRS) adalah seperangkat standar yang mempengaruhi cara perusahaan membuat laporan keuangan. Standar-standar ini digunakan di beberapa tempat di seluruh dunia maupun oleh perusahaan-perusahaan AS dengan anak perusahaan asing. Beberapa negara sudah melakukan pelaporan ganda dan berharap untuk mengubah secara eksklusif untuk IFRS.
Acumatica Bantuan
Acumatica dirancang dengan semua fitur yang diperlukan untuk mendukung transisi dari US GAAP ke IFRS. fitur canggih Acumatica keuangan mencakup kemampuan untuk mempertahankan beberapa buku besar, melakukan terjemahan, dan membuat entri jurnal penyesuaian.
Dual-Reporting. Acumatica mendukung kemampuan untuk mempertahankan beberapa pelaporan buku besar. transaksi harian dapat dimasukkan ke dalam buku besar utama sesuai dengan US GAAP sementara buku laporan yang terpisah bisa diseting untuk IFRS.
Translations. Acumatica fitur untuk mengimpor semua transaksi dari buku besar utama
Alokasi. aturan alokasi Acumatica secara otomatis dapat mendistribusikan nilai account lebih dari beberapa account dan sub-account berdasarkan persentase, jumlah, data statistik, atau sebanding dengan jumlah di account lain.
Fleksibel Pelaporan. Acumatica termasuk seorang penulis laporan berbasis web keuangan serta alat pelaporan desktop sehingga dapat dengan mudah memodifikasi laporan yang ada dan membuat yang baru. Laporan ini dapat diberi label dan disediakan melalui menu Acumatica.
Jumat, 04 Juni 2010
Selasa, 01 Juni 2010
TUGAS SOFT SKILL " PROPOSAL"
I. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Di era globalisasi ini banyak sekali perusahaan-perusahaan maupun pertokoan-pertokoan yang didirikan, sehingga persaingan diantara perusahaan lebih ketat. Pada dasarnya setiap orang yang mendirikan Perusahaan itu mempunyai tujuan yang sama yaitu mencari keuntungan yang sebesar-besarnya. Agar tujuan tersebut tercapai mereka di tuntut untuk berusaha agar perusahaan berjalan dengan lancar. Perusahaan dagang adalah perusahaan yang kegiatan usahanya melakukan transaksi pembelian barang dagang kemudian untuk dijual kembali tanpa mengubah bentuknya. Perusahaan – perusahaan yang digolongkan sebagai perusahaan dagang antara lain adalah distributor, agen tunggal, pengecer, toko swalayan, toko serba ada, plasa, pusat-pusat perbelanjaan, atau pusat barang-barang grosir.Persediaan merupakan barang-barang yang tujuannya untuk dijual kembali melalui kegiatan perusahaan yang normal serta barang yang masih dalam proses produksi. Penjualan barang dagangan merupakan sumber pendapatan pokok bagi perusahaan dagang.
Persediaan sangat penting bagi perusahan dagang maupun manufaktur agar operasional berjalan dengan lancar. Manajeman atau pimpinan perusahaan berusaha untuk memberikan pelayanan yang baik bagi konsumennya dengan memenuhi kebutuhannya dengan cara menjaga ketersediaan barang dagangnya.Persediaan bagi perusahaan dagang terdiri dari satu kelompok persediaan yang biasa disebut barang dagang sedangkan pada perusahaan manufaktur persediaan yang dimiliki terdiri dari persediaan bahan baku, supplies pabrik, barang dalam proses dan barang jadi. Penggolongan jenis-jenis persediaan tersebut sangat dipengaruhi oleh sifat dan jenis perusahaan.Persediaan merupakan salah satu unsur didalam penentuan harga pokok penjualan bagi perusahaan dagang dan manufaktur. Nilai dari persediaan tersebut yang akan di laporkan dalam neraca.
Dalam melakukan penanganan persediaan, pengusaha harus mempertimbangkan dengan matang tentang penentuan besarnya persediaan. Barang-barang yang dibeli harus sesuai dengan keperluan dan diusahakan agar tidak terlalu berlebihan. Apabila terlalu banyak persediaan dan terlalu lama disimpan maka akan menimbulkan kerugian karena akan menyebabkan biaya penyimpanan yang tinggi.Begitu pentingnya persediaan bagi perusahaan, maka perusahaan haruslah merencanakan dan menerapkan suatu metode penilaian persediaan.Dalam metode penilaian persediaan, terdapat 4 (empat) metode yang paling lazim digunakan, yaitu metode identifikasi khusus, FIFO, LIFO dan rata-rata. Pada Undang-undang perpajakan Indonesia hanya memperbolehkan penilaian persediaan barang untuk penghitungan harga pokok dengan metode FIFO atau metode weighted average. Pada Exposure Draft Standar Akuntansi Keuangan (ED PSAK 14) manyatakan bahwa persediaan dinilai dengan FIFO dan average method saja. Pada perhitungan LIFO yang disajikan dalam laporan keuangan sering kali dinilai lebih rendah dari yang sebenarnya terjadi. Ada indikasi kecurangan yang dinilai oleh para analis pajak Hal ini menyebabkan LIFO semakin dinilai hanya mengejar keuntungan tax-saving. Oleh karena itu, para analis pajak, berpendapat bahwa LIFO sebaiknya dihapuskan.
Pada umumnya perusahaan menggunakan salah satu metode penilaian persediaan yang sesuai dengan kondisi dan bidang usahanya. Pengaruh metode penilaian persediaan terhadap laporan keuangan sangat besar, terutama pada laporan laba rugi dan laporan neraca. Pada laporan laba rugi, pengaruh metode penilaian persediaan terletak pada harga pokok penjualan, sedangkan pengaruh metode penilaian persediaan terhadap laporan neraca terletak pada nilai persediaan akhir.
Berdasarkan uraian diatas dapat dilihat pentingnya melakukan perhitungan nilai persediaan sehingga penulis tertarik untuk memilih judul dalam menyusun Penulisan Ilmiah yaitu “Analisis Penilaian Persediaan Barang Dagangan dan Pengaruhnya terhadap Laba Kotor pada MINI MARKET“.
2. Rumusan Masalah
“ Terdapat perbedaan metode penilaian persediaan terhadap pencapaian laba perusahaan”.
3. Pembatasan Masalah
Dalam batasan masalah ini penulis hanya membahas penilaian persediaan barang dagang pada mini market yang beralamatkan di Jl. Akses UI, Cimanggis, Depok untuk menilai persediaan dengan jenis persediaan gula pasir. Data diambil dari transaksi yang terjadi selama bulan September – Desember 2009. Penulis menganalisi dengan menggunakan metode FIFO, LIFO dan rata-rata (Average) dengan sistem perpetual untuk mengetahui besarnya persediaan akhir dan laba kotor pada masing-masing metode.
4. Tujuan & Manfaat Penulisan
Tujuan Penulisan
Tujuan dari Penulisan Ilmiah ini adalah:
1. Untuk mengetahui metode penilaian yang diterapkan perusahaan
2. Mengevaluasi metode penilaian persediaan dan pengaruhnya terhadap laba kotor.
Manfaat Penulisan
1. Bagi Perusahaan
Dengan adanya penulisan ini maka diharapkan dapat memberikan masukan dan sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan kebijakan manajemen perusahaan terutama yang berkaitan dengan persediaan barang dagang.
2. Bagi Penulis
Hasil penulisan ini berguna bagi penulis untuk menambah wawasan pengetahuan tentang jenis-jenis persediaan,cara pencatatannya dan metode penilaian persediaan pada suatu perusahaan.
II. TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian Persediaan
Persediaan harus dikelola dengan sebaik-baiknya dengan memperhatikan berbagai hal yang akan mempengaruhi besarnya jumlah persediaan di gudang. Pada tingkat penjualan tinggi persediaan berkurang sehingga kualitas barang yang ada dalam perusahaan jumlahnya relatif sedikit.
Pada dasarnya persediaan itu memperlancar operasi perusahaan yang harus dilakukan terus menerus dengan tujuan untuk memproduksi barang yang selanjutnya disampaikan kepada konsumen. Persediaan barang yang baik dan tepat diperlukan untuk memperkirakan dan menetapkan jumlah barang, agar persediaan itu efektif dan efisien.
Biaya barang-barang ini harus dicatat, dikelompokkan, dan diikhtisarkan selama periode akuntansi. Pada akhir periode, biaya dialokasikan diantara aktivitas periode berjalan dan aktivitas masa mendatang, yaitu diantara barang-barang yang dijual dalam periode yang berjalan dan barang-barang yang berada dalam persediaan untuk dijual pada periode mendatang.
Menurut Miswanto dan Eko Widodo ( 1998;171)” persediaan adalah bahan yang digunakan untuk dipakai guna memudahkan produksi atau memuaskan permintaan dari pelanggan atau konsumen, yang meliputi bahan baku, barag dalam proses, dan barang jadi”.
Persediaan (Bambang Riyanto,2000;67) adalah sebagai elemem-elemem utama dari madal kerja yang merupakan aktiva yang selalu dalam keadaan berputar, dimana secara terus menerus mengalami perubahan.
Menurut (T.Hani Handoko,2003:333)“ Persediaan menunjukkan segala sesuatu atau sumber daya, organisasi yang disimpan dalam antisipasi terhadap pemenuhan permintaan.”
Definisi persediaan menurut PSAK No 14 Tahun 2002 adalah Aktiva
yang tersedia untuk dijual kembali dalam kegiatan usaha normal, dalam proses produksi dan atau dalam perjalanan dan dalam bentuk bahan atau pelengkap untuk digunakan dalam proses produksi atau pemberian jasa.
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya persediaan adalah elemen utama dari modal kerja yang paling aktif dalam operasi perusahaan dimana secara terus menerus mengalami perubahan baik yang tersedia untuk dijual kembali dalam kegiatan usaha normal perusahaan, dalam proses produksi dan dalam bentuk bahan pelengkap untuk digunakan dalam proses produksi atau pemberian jasa.
2. Klasifikasi Persediaan
Persediaan barang diklasifikasikan sesuai dengan jenis usaha perusahaan tersebut. Dalam perusahaan perdagangan persediaan barang merupakan aktiva dalam bentuk siap dijual kembali dan yang paling aktif dalam operasi usahanya.Sedangkan dalam perusahaan pabrikasi atau manufaktur, persediaan barang dapat dklasifikasikan sebagai berikut:
1) Persediaan Bahan Baku (raw materials)
Persediaan bahan baku yaitu persediaan barang-barang berwujud yang digunakan dalam proses produksi. Bahan baku dapat diperoleh dari sumber-sumber alam atau dibeli dari para supplier dan atau dibuat sendiri oleh perusahaan untuk digunakan dalam proses produksi selanjutnya.
2) Persediaan barang dalam proses (work in process)
Persediaan barang dalam proses dalah persediaan barang-barang yang merupakan keluaran dari tiap-tiap bagian dalam proses produksi atau yang telah diolah menjadi suatu bentuk, tetapi masih perlu diproses lebih lanjut untuk menjadi barang jadi.
3) Persediaan barang jadi (finished goods)
Persediaan barang jadi adalah persediaan barang-barang yang telah selesai diproses atau diolah dalam pabrik dan siap untuk dijual atau dikirim kepada pelanggan.
Terdapatnya klasifikasi persediaan yang berbeda antara perusahaan perdagangan dengan perusahaan manufaktur adalah karena fungsi dua perusahaan itu memeng berbeda. Fungsi perusahaan perdagangan adalah menjual barang yang diperolehnya dalam bentuk sudah jadi. Dengan kata lain, tidak ada proses pengolahan seandainya terjadi pengolahan maka pengolahan tersebut terbatas pada pembungkusan atau pengemasan agar lebih menarik selera konsumen. Sedangkan fungsi perusahaan manufaktur adalah mengolah bahan mentah menjadi produk jadi.
3. Fungsi Persediaan
Menurut Eddy Herjanto (1999:220). Persediaan dapat dikelompokkan menurut fungsinya kedalam 4 jenis,yaitu sebagai berikut:
1. ( Fluctuation )
Merupakan persediaan untuk menjaga terjadinya fluktuasi permintaan yang tidak diperkirakan sebelumnya,dan untuk mengatasi jika terjadi kesalahan atau penyimpanan dalam perkiraan penjualan,waktu produksi, atau pengiriman barang.
2. ( Anticipation stock )
Merupakan jenis persediaan untuk menghadapi permintaan yang dapat diramalkan. Persediaan ini bertujuan untuk menjaga kemungkinan sulitnya memperoleh bahan baku sehimgga tidak mengakibatkan berhentinya produksi
3. ( Lot-size inventory )
Merupakan persediaan yang diadakan dalam jumlah besar dari pada kebutuhan pada saat itu. Cara ini dilakukan untuk mendapatkan penghematan dari biaya pengangkutan per unit yang lebih rendah.
4. ( Pipeline inventory )
Merupakan persediaan yang sedang dalam proses pengiriman dari tempat asal ke tempat dimana barang itu akan digunakan.
Pada dasarnya persediaan akan mempermudah jalannya operasi perusahaan yang harus dilakukan secara berturut-turut untuk memproduksi barang dan menyampaikannya kepada konsumen.Beberapa fungsi persediaan dalam memenuhi kebutuhan perusahaan, sebagai berikut:
1) Menghilangkan resiko keterlambatan bahan baku atau barang yang dibutuhkan perusahaan.
2) Menghilangkan resiko jika materi yang dipesan tidak baik sehingga harus bikembalikan.
3) Menghilangkan resiko terhadap kenaikan harga barang
4) Untuk menyimpan bahan baku yang dihasilkan secara musiman sehingga perusahaan tidak akan kesulitan jika bahan itu tidak ada dipasaran.
5) Mendapatkan keuntungan dari pembelian berdasarkan potongan kuantitas (quantity discounts)
6) Memberikan pelayanan kapada pelanggan dengan tersedianya barang yang diperlukan
4. Sistem Pencatatan Persediaan
Sistem pencatatan persediaan yang lazim digunakan ada dua macam yaitu:
1) Sistem Fisik (Physical Inventory System)
Sistem persediaan fisik atau periodik adalah sistem dimana pokok penjualan dihitung secara periodik dengan mengendalikan semata-mata pada perhitungan fisik tanpa menyelenggarakan catatan hari ke hari atas unit yang terjual atau yang ada ditangan. Sistem fisik digunakan untuk menentukan jumlah kuantitas persediaan barang dan dilakukan pada akhir periode akuntansi.
Cara perhitungan harga pokok penjualan dilakukan seperti berikut ini:
Persediaan Awal xxx
Pembelian xxx
Barang tersedia untuk dijual xxx
Persediaan Akhir (xxx)
Harga pokok penjualan xxx
Ciri-ciri system fisik atau periodik adalah sebagai berikut:
a) Pemasukan dan pengeluaran persediaan tidak dicatat dan tidak diperhitungkan dalam suatu catatan tertentu.
b) Pembelian barang dicatat dengan mendebit rekening pembelian bukan persediaan barangn
c) Perhitungan persediaan akhir sekaligus digunakan untuk perhitungan harga pokok penjualan dengan menggunakan jurnal penyesuaian.
Sistem fisik biasanya digunakan pada perusahaan yang jenis persediaannya banyak tetapi nilai persediaan per unitnya kecil, misalnya toko bahan bangunan. Sistem ini cukup sederhana dan mudah diterapkan, tetapi kurang baik untuk pengawasan persediaan karena kekurangan persediaan yang hilang tidak dapat dideteksi dan menejemen tidak memiliki alat untuk mengetahui jumlah persediaan setiap saat.
2) Sistem Perpetual (Perpetual Inventory System)
Sistem persediaan perpetual adalah suatu system yang menyelenggarakan pencatatan terus-menerus yang menelusuri persediaan dan harga pokok penjualan atas dasar harian. Perkiraan persediaan didukung dalam kartu-kartu pembantu persediaan (kartu persediaan). Kartu persediaan digunakan untuk mencatat transaksi setiap jenis persediaan, memuat nama barang,tempat penyimpanan barang, kode barang dan kolom-kolom yang dipakai untuk mencatat transaksi adalah tanggal, pembelian (pemasukan), penjualan(pengeluaran),dan sisa atau saldo persediaan.
Sistem perpetual memudahkan dalam penyusunan neraca dan laporan perhitungan laba rugi karena penentuan persediaan akhir tidak perlu lagi menghitung fisiknya tetapi perhitungan fisiknya tetap dilakukan untuk tujuan pengawasan terhadap persediaan barang. Sistem perpetual biasanya digunakan pada perusahaan yang jenis persediaamya tidak banyak tetapi nilai persediaan per unitnya besar, misalnya dealer mobil dan toko emas
5. Metode Penilaian Persediaan
Metode yang dapat dipakai untuk menentukan besarnya nilai persediaan ada beberapa macam. Nilai persediaan mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap penyusunan laporan keungan baik dalam neraca maupun laporan perhitungan laba rugi. Nilai persediaan yang tercantum dalam neraca menunjukkan nilai kekayaan yang berdasarkan prinsip hati-hati menghendaki nilai mana yang terendah. Sedangkan nilai persediaan untuk kepentingan perhitungan lada rugi dihadapkan kepada kepentingan penentuan laba yang diperoleh perusahaan. Metode penilaian persediaan sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan adalah sebagai beriku:
1. Metode Harga Perolehan
a. Metode Masuk Pertama Keluar Pertama ( First In First Out)
Metode first in first out (FIFO) adalah metode penilaiaan persediaan yang menganggap barang yang pertama kali masuk diasumsikan keluar pertama kali pula. Pada umumnya perusahaan menggunakan metode ini, sebab metode ini perhitungannya sangat sederhna baik system fisik maupun system perpetual akan menghasilkan penilaian persediaan yang sama.
Cara menghitung persediaan akhir adalah sebagai berikut:
Persediaan awal xxx
Pembelian xxx
Tersedia untuk dijual xxx
Penjualan (xxx)
Persediaan akhir xxx
Metode FIFO yang didasarkan atas system fisik, nilai persediaan akhir ditentukan dengan cara saldo fisik yang ada dikalikan harga pokok perunit barang yang terakhir kali masuk, bila saldo fisik ternyata lebih besar dari jumlah unit terakhir masuk maka sisanya diambilkan dari harga poko per unit yang masuk sebelumnya. Sedangkan pada system perpetual pencatatan persediaan dilakukan secara terus-menerus dalam kartu persediaan. Pada system ini apabila ada transaksi penjualan maka akan dijurnal dua kali, pertama mencatat harga pokok pejualan dan yang kedua mencatat harga pokok barang yang dijual, seperti berikut ini:
Kas/ piutang dagang xxx
Penjualan xxx
HPP xxx
Persediaan barang xxx
b. Metode Masuk Terakhir Keluar Pertama ( Last In First Out)
Metode Last In First Out ( LIFO) adalah metode penilaiaan persediaan yang terakhir masuk diasumsikan akan keluar atau dijual pertama kali. Metode ini memiliki konsep yang cukup sederhana namun sulit dilaksanakan. Pengaruh penggunaan metode LIFO terhadap penentuan laba bersih usaha, jika harga cenderung naik maka laba perusahaan terlalu kecil atau sebaliknya.
Metode LIFO secara system fisik ditentukan dengan cara saldo fisik yang ada dikalikan harga pokok perunit barang yang masuk pada awal periode bila saldo fisik ternyata lebih besar dari barang yang masuk pada awal periode maka diambilkan dari harga pokok perunit yang masuk berikutnya. Sedangkan dengan sistem perpetual, setiap kali ada transaksi baik pembelian maupun penjualan dicatat dalam kartu persediaan.
c. Metode Rata-rata (Average Method)
Metode harga pokok rata-rata adalah suatu metode penilaian persediaan yang didasari atas harga rata-rata dalam periode yang bersangkutan. Besar kecilnya nilai persediaan yang masih ada dan harga pokok barang yang dijual, dipengaruhi oleh metode yang dipakai dalam metode ini adalah:
1) Metode rata-rata sederhana:
Biaya per unit = Total harga per unit pembelian
Frekuensi pembelian
Nilai persediaan akhir = Persediaan akhir x biaya per unit
Harga pokok penjualan =Unit yang dikeluarkan x biaya perunit
2) Metode rata-rata tertimbang:
Biaya per unit = Jumlah harga perunit x banyaknya unit
Banyaknya unit
Nilai persediaan akhir = persediaan akhir xbiaya perunit
3) Metode rata-rata bergerak:
Metode ini dipakai digunakan dengan kartu persediaan dan harga pokok perunit persediaan selalu berubah setiap terjadi pembelian barang baru.
Harga pokok rata-rata = harga perolehan lama + harga perolehan baru
Unit barang lama + unit barang baru
III. METODELOGI PENELITIAN
1. Objek Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada MINI MARKET KEPOLISIAN KORP BRIGADE MOBIL yang beralamatkan di Jl. Akses UI, Cimanggis, Depok.
2. Data Yang Digunakan
Dalam penelitian ilmiah ini, peneliti memerlukan banyak data yang digunakan sebagai sumber informasi. Data yang digunakan tersebut berupa data persediaan barang dagang berupa gula pasir.
3. Metode Pengumpulan Data
Dalam penyusunan penelitian ilmiah ini, penulis menggunakan data:
a) Data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari objek penelitian. Dalam hal ini peneliti melakukan observasi pada MINI MARKET untuk mendapatkan data yang akurat.
b) Data sekunder yaitu data atau informasi yang berasal dari luar perusahaan atau tidak langsung. Data ini didapat dari kepustakaan atau buku literatur yang berhubungan dengan masalah yang diteliti.
4. Alat Analisis Yang Digunalan
Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode:
1. Metode FIFO ( First In First Out)
Metode first in first out (FIFO) adalah metode penilaiaan persediaan yang menganggap barang yang pertama kali masuk diasumsikan keluar pertama kali pula.
2. Metode LIFO (Last In Fist Out)
Metode Last In First Out ( LIFO) adalah metode penilaiaan persediaan yang terakhir masuk diasumsikan akan keluar atau dijual pertama kali.
3. Metode rata-rata sederhana ( Simple Average Method)
Metode harga pokok rata-rata adalah suatu metode penilaian persediaan yang didasari atas harga rata-rata dalam periode yang bersangkutan.
Harga rata-rata per unit = jumlah harga perunit
Jumlah transaksi pembelian
IV. DAFTAR PUSTAKA
Handoko, T.Hani, 2000,Dasar-dasar Manajemen Produksi dan Operasi, Edisi Pertama, Cetakan Kesembilan, BPFE, Yogyakarta.
Riyanto, Bambang, 2000, Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan, Edisi keempat, BPFE, Yogyakarta.
Widodo, Eko dan Miswanto, 1998, Manajemen Keuangan 1, Seri Diktat KuliahUG, Jakarta.
1. Latar Belakang
Di era globalisasi ini banyak sekali perusahaan-perusahaan maupun pertokoan-pertokoan yang didirikan, sehingga persaingan diantara perusahaan lebih ketat. Pada dasarnya setiap orang yang mendirikan Perusahaan itu mempunyai tujuan yang sama yaitu mencari keuntungan yang sebesar-besarnya. Agar tujuan tersebut tercapai mereka di tuntut untuk berusaha agar perusahaan berjalan dengan lancar. Perusahaan dagang adalah perusahaan yang kegiatan usahanya melakukan transaksi pembelian barang dagang kemudian untuk dijual kembali tanpa mengubah bentuknya. Perusahaan – perusahaan yang digolongkan sebagai perusahaan dagang antara lain adalah distributor, agen tunggal, pengecer, toko swalayan, toko serba ada, plasa, pusat-pusat perbelanjaan, atau pusat barang-barang grosir.Persediaan merupakan barang-barang yang tujuannya untuk dijual kembali melalui kegiatan perusahaan yang normal serta barang yang masih dalam proses produksi. Penjualan barang dagangan merupakan sumber pendapatan pokok bagi perusahaan dagang.
Persediaan sangat penting bagi perusahan dagang maupun manufaktur agar operasional berjalan dengan lancar. Manajeman atau pimpinan perusahaan berusaha untuk memberikan pelayanan yang baik bagi konsumennya dengan memenuhi kebutuhannya dengan cara menjaga ketersediaan barang dagangnya.Persediaan bagi perusahaan dagang terdiri dari satu kelompok persediaan yang biasa disebut barang dagang sedangkan pada perusahaan manufaktur persediaan yang dimiliki terdiri dari persediaan bahan baku, supplies pabrik, barang dalam proses dan barang jadi. Penggolongan jenis-jenis persediaan tersebut sangat dipengaruhi oleh sifat dan jenis perusahaan.Persediaan merupakan salah satu unsur didalam penentuan harga pokok penjualan bagi perusahaan dagang dan manufaktur. Nilai dari persediaan tersebut yang akan di laporkan dalam neraca.
Dalam melakukan penanganan persediaan, pengusaha harus mempertimbangkan dengan matang tentang penentuan besarnya persediaan. Barang-barang yang dibeli harus sesuai dengan keperluan dan diusahakan agar tidak terlalu berlebihan. Apabila terlalu banyak persediaan dan terlalu lama disimpan maka akan menimbulkan kerugian karena akan menyebabkan biaya penyimpanan yang tinggi.Begitu pentingnya persediaan bagi perusahaan, maka perusahaan haruslah merencanakan dan menerapkan suatu metode penilaian persediaan.Dalam metode penilaian persediaan, terdapat 4 (empat) metode yang paling lazim digunakan, yaitu metode identifikasi khusus, FIFO, LIFO dan rata-rata. Pada Undang-undang perpajakan Indonesia hanya memperbolehkan penilaian persediaan barang untuk penghitungan harga pokok dengan metode FIFO atau metode weighted average. Pada Exposure Draft Standar Akuntansi Keuangan (ED PSAK 14) manyatakan bahwa persediaan dinilai dengan FIFO dan average method saja. Pada perhitungan LIFO yang disajikan dalam laporan keuangan sering kali dinilai lebih rendah dari yang sebenarnya terjadi. Ada indikasi kecurangan yang dinilai oleh para analis pajak Hal ini menyebabkan LIFO semakin dinilai hanya mengejar keuntungan tax-saving. Oleh karena itu, para analis pajak, berpendapat bahwa LIFO sebaiknya dihapuskan.
Pada umumnya perusahaan menggunakan salah satu metode penilaian persediaan yang sesuai dengan kondisi dan bidang usahanya. Pengaruh metode penilaian persediaan terhadap laporan keuangan sangat besar, terutama pada laporan laba rugi dan laporan neraca. Pada laporan laba rugi, pengaruh metode penilaian persediaan terletak pada harga pokok penjualan, sedangkan pengaruh metode penilaian persediaan terhadap laporan neraca terletak pada nilai persediaan akhir.
Berdasarkan uraian diatas dapat dilihat pentingnya melakukan perhitungan nilai persediaan sehingga penulis tertarik untuk memilih judul dalam menyusun Penulisan Ilmiah yaitu “Analisis Penilaian Persediaan Barang Dagangan dan Pengaruhnya terhadap Laba Kotor pada MINI MARKET“.
2. Rumusan Masalah
“ Terdapat perbedaan metode penilaian persediaan terhadap pencapaian laba perusahaan”.
3. Pembatasan Masalah
Dalam batasan masalah ini penulis hanya membahas penilaian persediaan barang dagang pada mini market yang beralamatkan di Jl. Akses UI, Cimanggis, Depok untuk menilai persediaan dengan jenis persediaan gula pasir. Data diambil dari transaksi yang terjadi selama bulan September – Desember 2009. Penulis menganalisi dengan menggunakan metode FIFO, LIFO dan rata-rata (Average) dengan sistem perpetual untuk mengetahui besarnya persediaan akhir dan laba kotor pada masing-masing metode.
4. Tujuan & Manfaat Penulisan
Tujuan Penulisan
Tujuan dari Penulisan Ilmiah ini adalah:
1. Untuk mengetahui metode penilaian yang diterapkan perusahaan
2. Mengevaluasi metode penilaian persediaan dan pengaruhnya terhadap laba kotor.
Manfaat Penulisan
1. Bagi Perusahaan
Dengan adanya penulisan ini maka diharapkan dapat memberikan masukan dan sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan kebijakan manajemen perusahaan terutama yang berkaitan dengan persediaan barang dagang.
2. Bagi Penulis
Hasil penulisan ini berguna bagi penulis untuk menambah wawasan pengetahuan tentang jenis-jenis persediaan,cara pencatatannya dan metode penilaian persediaan pada suatu perusahaan.
II. TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian Persediaan
Persediaan harus dikelola dengan sebaik-baiknya dengan memperhatikan berbagai hal yang akan mempengaruhi besarnya jumlah persediaan di gudang. Pada tingkat penjualan tinggi persediaan berkurang sehingga kualitas barang yang ada dalam perusahaan jumlahnya relatif sedikit.
Pada dasarnya persediaan itu memperlancar operasi perusahaan yang harus dilakukan terus menerus dengan tujuan untuk memproduksi barang yang selanjutnya disampaikan kepada konsumen. Persediaan barang yang baik dan tepat diperlukan untuk memperkirakan dan menetapkan jumlah barang, agar persediaan itu efektif dan efisien.
Biaya barang-barang ini harus dicatat, dikelompokkan, dan diikhtisarkan selama periode akuntansi. Pada akhir periode, biaya dialokasikan diantara aktivitas periode berjalan dan aktivitas masa mendatang, yaitu diantara barang-barang yang dijual dalam periode yang berjalan dan barang-barang yang berada dalam persediaan untuk dijual pada periode mendatang.
Menurut Miswanto dan Eko Widodo ( 1998;171)” persediaan adalah bahan yang digunakan untuk dipakai guna memudahkan produksi atau memuaskan permintaan dari pelanggan atau konsumen, yang meliputi bahan baku, barag dalam proses, dan barang jadi”.
Persediaan (Bambang Riyanto,2000;67) adalah sebagai elemem-elemem utama dari madal kerja yang merupakan aktiva yang selalu dalam keadaan berputar, dimana secara terus menerus mengalami perubahan.
Menurut (T.Hani Handoko,2003:333)“ Persediaan menunjukkan segala sesuatu atau sumber daya, organisasi yang disimpan dalam antisipasi terhadap pemenuhan permintaan.”
Definisi persediaan menurut PSAK No 14 Tahun 2002 adalah Aktiva
yang tersedia untuk dijual kembali dalam kegiatan usaha normal, dalam proses produksi dan atau dalam perjalanan dan dalam bentuk bahan atau pelengkap untuk digunakan dalam proses produksi atau pemberian jasa.
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya persediaan adalah elemen utama dari modal kerja yang paling aktif dalam operasi perusahaan dimana secara terus menerus mengalami perubahan baik yang tersedia untuk dijual kembali dalam kegiatan usaha normal perusahaan, dalam proses produksi dan dalam bentuk bahan pelengkap untuk digunakan dalam proses produksi atau pemberian jasa.
2. Klasifikasi Persediaan
Persediaan barang diklasifikasikan sesuai dengan jenis usaha perusahaan tersebut. Dalam perusahaan perdagangan persediaan barang merupakan aktiva dalam bentuk siap dijual kembali dan yang paling aktif dalam operasi usahanya.Sedangkan dalam perusahaan pabrikasi atau manufaktur, persediaan barang dapat dklasifikasikan sebagai berikut:
1) Persediaan Bahan Baku (raw materials)
Persediaan bahan baku yaitu persediaan barang-barang berwujud yang digunakan dalam proses produksi. Bahan baku dapat diperoleh dari sumber-sumber alam atau dibeli dari para supplier dan atau dibuat sendiri oleh perusahaan untuk digunakan dalam proses produksi selanjutnya.
2) Persediaan barang dalam proses (work in process)
Persediaan barang dalam proses dalah persediaan barang-barang yang merupakan keluaran dari tiap-tiap bagian dalam proses produksi atau yang telah diolah menjadi suatu bentuk, tetapi masih perlu diproses lebih lanjut untuk menjadi barang jadi.
3) Persediaan barang jadi (finished goods)
Persediaan barang jadi adalah persediaan barang-barang yang telah selesai diproses atau diolah dalam pabrik dan siap untuk dijual atau dikirim kepada pelanggan.
Terdapatnya klasifikasi persediaan yang berbeda antara perusahaan perdagangan dengan perusahaan manufaktur adalah karena fungsi dua perusahaan itu memeng berbeda. Fungsi perusahaan perdagangan adalah menjual barang yang diperolehnya dalam bentuk sudah jadi. Dengan kata lain, tidak ada proses pengolahan seandainya terjadi pengolahan maka pengolahan tersebut terbatas pada pembungkusan atau pengemasan agar lebih menarik selera konsumen. Sedangkan fungsi perusahaan manufaktur adalah mengolah bahan mentah menjadi produk jadi.
3. Fungsi Persediaan
Menurut Eddy Herjanto (1999:220). Persediaan dapat dikelompokkan menurut fungsinya kedalam 4 jenis,yaitu sebagai berikut:
1. ( Fluctuation )
Merupakan persediaan untuk menjaga terjadinya fluktuasi permintaan yang tidak diperkirakan sebelumnya,dan untuk mengatasi jika terjadi kesalahan atau penyimpanan dalam perkiraan penjualan,waktu produksi, atau pengiriman barang.
2. ( Anticipation stock )
Merupakan jenis persediaan untuk menghadapi permintaan yang dapat diramalkan. Persediaan ini bertujuan untuk menjaga kemungkinan sulitnya memperoleh bahan baku sehimgga tidak mengakibatkan berhentinya produksi
3. ( Lot-size inventory )
Merupakan persediaan yang diadakan dalam jumlah besar dari pada kebutuhan pada saat itu. Cara ini dilakukan untuk mendapatkan penghematan dari biaya pengangkutan per unit yang lebih rendah.
4. ( Pipeline inventory )
Merupakan persediaan yang sedang dalam proses pengiriman dari tempat asal ke tempat dimana barang itu akan digunakan.
Pada dasarnya persediaan akan mempermudah jalannya operasi perusahaan yang harus dilakukan secara berturut-turut untuk memproduksi barang dan menyampaikannya kepada konsumen.Beberapa fungsi persediaan dalam memenuhi kebutuhan perusahaan, sebagai berikut:
1) Menghilangkan resiko keterlambatan bahan baku atau barang yang dibutuhkan perusahaan.
2) Menghilangkan resiko jika materi yang dipesan tidak baik sehingga harus bikembalikan.
3) Menghilangkan resiko terhadap kenaikan harga barang
4) Untuk menyimpan bahan baku yang dihasilkan secara musiman sehingga perusahaan tidak akan kesulitan jika bahan itu tidak ada dipasaran.
5) Mendapatkan keuntungan dari pembelian berdasarkan potongan kuantitas (quantity discounts)
6) Memberikan pelayanan kapada pelanggan dengan tersedianya barang yang diperlukan
4. Sistem Pencatatan Persediaan
Sistem pencatatan persediaan yang lazim digunakan ada dua macam yaitu:
1) Sistem Fisik (Physical Inventory System)
Sistem persediaan fisik atau periodik adalah sistem dimana pokok penjualan dihitung secara periodik dengan mengendalikan semata-mata pada perhitungan fisik tanpa menyelenggarakan catatan hari ke hari atas unit yang terjual atau yang ada ditangan. Sistem fisik digunakan untuk menentukan jumlah kuantitas persediaan barang dan dilakukan pada akhir periode akuntansi.
Cara perhitungan harga pokok penjualan dilakukan seperti berikut ini:
Persediaan Awal xxx
Pembelian xxx
Barang tersedia untuk dijual xxx
Persediaan Akhir (xxx)
Harga pokok penjualan xxx
Ciri-ciri system fisik atau periodik adalah sebagai berikut:
a) Pemasukan dan pengeluaran persediaan tidak dicatat dan tidak diperhitungkan dalam suatu catatan tertentu.
b) Pembelian barang dicatat dengan mendebit rekening pembelian bukan persediaan barangn
c) Perhitungan persediaan akhir sekaligus digunakan untuk perhitungan harga pokok penjualan dengan menggunakan jurnal penyesuaian.
Sistem fisik biasanya digunakan pada perusahaan yang jenis persediaannya banyak tetapi nilai persediaan per unitnya kecil, misalnya toko bahan bangunan. Sistem ini cukup sederhana dan mudah diterapkan, tetapi kurang baik untuk pengawasan persediaan karena kekurangan persediaan yang hilang tidak dapat dideteksi dan menejemen tidak memiliki alat untuk mengetahui jumlah persediaan setiap saat.
2) Sistem Perpetual (Perpetual Inventory System)
Sistem persediaan perpetual adalah suatu system yang menyelenggarakan pencatatan terus-menerus yang menelusuri persediaan dan harga pokok penjualan atas dasar harian. Perkiraan persediaan didukung dalam kartu-kartu pembantu persediaan (kartu persediaan). Kartu persediaan digunakan untuk mencatat transaksi setiap jenis persediaan, memuat nama barang,tempat penyimpanan barang, kode barang dan kolom-kolom yang dipakai untuk mencatat transaksi adalah tanggal, pembelian (pemasukan), penjualan(pengeluaran),dan sisa atau saldo persediaan.
Sistem perpetual memudahkan dalam penyusunan neraca dan laporan perhitungan laba rugi karena penentuan persediaan akhir tidak perlu lagi menghitung fisiknya tetapi perhitungan fisiknya tetap dilakukan untuk tujuan pengawasan terhadap persediaan barang. Sistem perpetual biasanya digunakan pada perusahaan yang jenis persediaamya tidak banyak tetapi nilai persediaan per unitnya besar, misalnya dealer mobil dan toko emas
5. Metode Penilaian Persediaan
Metode yang dapat dipakai untuk menentukan besarnya nilai persediaan ada beberapa macam. Nilai persediaan mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap penyusunan laporan keungan baik dalam neraca maupun laporan perhitungan laba rugi. Nilai persediaan yang tercantum dalam neraca menunjukkan nilai kekayaan yang berdasarkan prinsip hati-hati menghendaki nilai mana yang terendah. Sedangkan nilai persediaan untuk kepentingan perhitungan lada rugi dihadapkan kepada kepentingan penentuan laba yang diperoleh perusahaan. Metode penilaian persediaan sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan adalah sebagai beriku:
1. Metode Harga Perolehan
a. Metode Masuk Pertama Keluar Pertama ( First In First Out)
Metode first in first out (FIFO) adalah metode penilaiaan persediaan yang menganggap barang yang pertama kali masuk diasumsikan keluar pertama kali pula. Pada umumnya perusahaan menggunakan metode ini, sebab metode ini perhitungannya sangat sederhna baik system fisik maupun system perpetual akan menghasilkan penilaian persediaan yang sama.
Cara menghitung persediaan akhir adalah sebagai berikut:
Persediaan awal xxx
Pembelian xxx
Tersedia untuk dijual xxx
Penjualan (xxx)
Persediaan akhir xxx
Metode FIFO yang didasarkan atas system fisik, nilai persediaan akhir ditentukan dengan cara saldo fisik yang ada dikalikan harga pokok perunit barang yang terakhir kali masuk, bila saldo fisik ternyata lebih besar dari jumlah unit terakhir masuk maka sisanya diambilkan dari harga poko per unit yang masuk sebelumnya. Sedangkan pada system perpetual pencatatan persediaan dilakukan secara terus-menerus dalam kartu persediaan. Pada system ini apabila ada transaksi penjualan maka akan dijurnal dua kali, pertama mencatat harga pokok pejualan dan yang kedua mencatat harga pokok barang yang dijual, seperti berikut ini:
Kas/ piutang dagang xxx
Penjualan xxx
HPP xxx
Persediaan barang xxx
b. Metode Masuk Terakhir Keluar Pertama ( Last In First Out)
Metode Last In First Out ( LIFO) adalah metode penilaiaan persediaan yang terakhir masuk diasumsikan akan keluar atau dijual pertama kali. Metode ini memiliki konsep yang cukup sederhana namun sulit dilaksanakan. Pengaruh penggunaan metode LIFO terhadap penentuan laba bersih usaha, jika harga cenderung naik maka laba perusahaan terlalu kecil atau sebaliknya.
Metode LIFO secara system fisik ditentukan dengan cara saldo fisik yang ada dikalikan harga pokok perunit barang yang masuk pada awal periode bila saldo fisik ternyata lebih besar dari barang yang masuk pada awal periode maka diambilkan dari harga pokok perunit yang masuk berikutnya. Sedangkan dengan sistem perpetual, setiap kali ada transaksi baik pembelian maupun penjualan dicatat dalam kartu persediaan.
c. Metode Rata-rata (Average Method)
Metode harga pokok rata-rata adalah suatu metode penilaian persediaan yang didasari atas harga rata-rata dalam periode yang bersangkutan. Besar kecilnya nilai persediaan yang masih ada dan harga pokok barang yang dijual, dipengaruhi oleh metode yang dipakai dalam metode ini adalah:
1) Metode rata-rata sederhana:
Biaya per unit = Total harga per unit pembelian
Frekuensi pembelian
Nilai persediaan akhir = Persediaan akhir x biaya per unit
Harga pokok penjualan =Unit yang dikeluarkan x biaya perunit
2) Metode rata-rata tertimbang:
Biaya per unit = Jumlah harga perunit x banyaknya unit
Banyaknya unit
Nilai persediaan akhir = persediaan akhir xbiaya perunit
3) Metode rata-rata bergerak:
Metode ini dipakai digunakan dengan kartu persediaan dan harga pokok perunit persediaan selalu berubah setiap terjadi pembelian barang baru.
Harga pokok rata-rata = harga perolehan lama + harga perolehan baru
Unit barang lama + unit barang baru
III. METODELOGI PENELITIAN
1. Objek Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada MINI MARKET KEPOLISIAN KORP BRIGADE MOBIL yang beralamatkan di Jl. Akses UI, Cimanggis, Depok.
2. Data Yang Digunakan
Dalam penelitian ilmiah ini, peneliti memerlukan banyak data yang digunakan sebagai sumber informasi. Data yang digunakan tersebut berupa data persediaan barang dagang berupa gula pasir.
3. Metode Pengumpulan Data
Dalam penyusunan penelitian ilmiah ini, penulis menggunakan data:
a) Data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari objek penelitian. Dalam hal ini peneliti melakukan observasi pada MINI MARKET untuk mendapatkan data yang akurat.
b) Data sekunder yaitu data atau informasi yang berasal dari luar perusahaan atau tidak langsung. Data ini didapat dari kepustakaan atau buku literatur yang berhubungan dengan masalah yang diteliti.
4. Alat Analisis Yang Digunalan
Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode:
1. Metode FIFO ( First In First Out)
Metode first in first out (FIFO) adalah metode penilaiaan persediaan yang menganggap barang yang pertama kali masuk diasumsikan keluar pertama kali pula.
2. Metode LIFO (Last In Fist Out)
Metode Last In First Out ( LIFO) adalah metode penilaiaan persediaan yang terakhir masuk diasumsikan akan keluar atau dijual pertama kali.
3. Metode rata-rata sederhana ( Simple Average Method)
Metode harga pokok rata-rata adalah suatu metode penilaian persediaan yang didasari atas harga rata-rata dalam periode yang bersangkutan.
Harga rata-rata per unit = jumlah harga perunit
Jumlah transaksi pembelian
IV. DAFTAR PUSTAKA
Handoko, T.Hani, 2000,Dasar-dasar Manajemen Produksi dan Operasi, Edisi Pertama, Cetakan Kesembilan, BPFE, Yogyakarta.
Riyanto, Bambang, 2000, Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan, Edisi keempat, BPFE, Yogyakarta.
Widodo, Eko dan Miswanto, 1998, Manajemen Keuangan 1, Seri Diktat KuliahUG, Jakarta.
Langganan:
Postingan (Atom)