Powered By Blogger

Rabu, 01 Desember 2010

ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN (AMDAL)

ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN (AMDAL)

AMDAL merupakan singkatan dari Analisis Mengenai Dampak Lingkungan.
AMDAL merupakan kajian dampak besar dan penting terhadap lingkungan hidup, dibuat pada tahap perencanaan, dan digunakan untuk pengambilan keputusan.
Hal-hal yang dikaji dalam proses AMDAL: aspek fisik-kimia, ekologi, sosial-ekonomi, sosial-budaya, dan kesehatan masyarakat sebagai pelengkap studi kelayakan suatu rencana usaha dan/atau kegiatan.
PENGERTIAN AMDAL adalah kajian mengenai dampak besar dan penting suatu usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan di Indonesia. AMDAL ini dibuat saat perencanaan suatu proyek yang diperkirakan akan memberikan pengaruh terhadap lingkungan hidup di sekitarnya. Yang dimaksud lingkungan hidup di sini adalah aspek fisik-kimia, ekologi, sosial-ekonomi, sosial-budaya, dan kesehatan masyarakat. Dasar hukum AMDAL adalah Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 1999 tentang "Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup"
Agar pelaksanaan AMDAL berjalan efektif dan dapat mencapai sasaran yang diharapkan, pengawasannya dikaitkan dengan mekanisme perijinan. Peraturan pemerintah tentang AMDAL secara jelas menegaskan bahwa AMDAL adalah salah satu syarat perijinan, dimana para pengambil keputusan wajib mempertimbangkan hasil studi AMDAL sebelum memberikan ijin usaha/kegiatan. AMDAL digunakan untuk mengambil keputusan tentang penyelenggaraan/pemberian ijin usaha dan/atau kegiatan.
Dokumen AMDAL terdiri dari :
1. Dokumen Kerangka Acuan Analisis Dampak Lingkungan Hidup (KA-ANDAL)
2. Dokumen Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL)
3. Dokumen Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup (RKL)
4. Dokumen Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup (RPL)
Hal-hal yang dikaji dalam proses AMDAL: aspek fisik-kimia, ekologi, sosial-ekonomi, sosial-budaya, dan kesehatan masyarakat sebagai pelengkap studi kelayakan suatu rencana usaha dan/atau kegiatan.
AMDAL (Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup) atau UKL-UPL (Upaya Pengelolaan Lingkungan dan Upaya Pemantauan Lingkungan) harus dimintakan persetujuan kepada instansi yang berwenang dalam pengelolaan lingkungan hidup dalam hai ini dalah komisi penilai AMDAL yang ada di tingkat Kabupaten/Kota, tingkat Provinsi, Tingkat Pusat tergantung dari paparan dampak yang akan diakibatkan oleh kegiatan usaha tersebut. Tiga dokumen (ANDAL, RKL dan RPL) diajukan bersama-sama untuk dinilai oleh Komisi Penilai AMDAL. Hasil penilaian inilah yang menentukan apakah rencana usaha dan/atau kegiatan tersebut layak secara lingkungan atau tidak dan apakah perlu direkomendasikan untuk diberi ijin atau tidak.
Prosedur AMDAL terdiri dari :
1. Proses penapisan (screening) wajib AMDAL
2. Proses pengumuman dan konsultasi masyarakat
3. Penyusunan dan penilaian KA-ANDAL (scoping)
4. Penyusunan dan penilaian ANDAL, RKL, dan RPL Proses penapisan atau kerap juga disebut proses seleksi kegiatan wajib AMDAL, yaitu menentukan apakah suatu rencana kegiatan wajib menyusun AMDAL atau tidak.
Proses pengumuman dan konsultasi masyarakat. Berdasarkan Keputusan Kepala BAPEDAL Nomor 08/2000, pemrakarsa wajib mengumumkan rencana kegiatannya selama waktu yang ditentukan dalam peraturan tersebut, menanggapi masukan yang diberikan, dan kemudian melakukan konsultasi kepada masyarakat terlebih dulu sebelum menyusun KA-ANDAL.
Proses penyusunan KA-ANDAL. Penyusunan KA-ANDAL adalah proses untuk menentukan lingkup permasalahan yang akan dikaji dalam studi ANDAL (proses pelingkupan).
Proses penilaian KA-ANDAL. Setelah selesai disusun, pemrakarsa mengajukan dokumen KA-ANDAL kepada Komisi Penilai AMDAL untuk dinilai. Berdasarkan peraturan, lama waktu maksimal untuk penilaian KA-ANDAL adalah 75 hari di luar waktu yang dibutuhkan oleh penyusun untuk memperbaiki/menyempurnakan kembali dokumennya.
Proses penyusunan ANDAL, RKL, dan RPL. Penyusunan ANDAL, RKL, dan RPL dilakukan dengan mengacu pada KA-ANDAL yang telah disepakati (hasil penilaian Komisi AMDAL).
Proses penilaian ANDAL, RKL, dan RPL. Setelah selesai disusun, pemrakarsa mengajukan dokumen ANDAL, RKL dan RPL kepada Komisi Penilai AMDAL untuk dinilai. Berdasarkan peraturan, lama waktu maksimal untuk penilaian ANDAL, RKL dan RPL adalah 75 hari di luar waktu yang dibutuhkan oleh penyusun untuk memperbaiki/menyempurnakan kembali dokumennya.
Pihak-pihak yang terlibat dalam proses AMDAL:
1. Komisi Penilai AMDAL adalah komisi yang bertugas menilai dokumen AMDAL. Di tingkat pusat berkedudukan di Kementerian Lingkungan Hidup, di tingkat Propinsi berkedudukan di Bapedalda/lnstansi pengelola lingkungan hidup Propinsi, dan di tingkat Kabupaten/Kota berkedudukan di Bapedalda/lnstansi pengelola lingkungan hidup Kabupaten/Kota. Unsur pemerintah lainnya yang berkepentingan dan warga masyarakat yang terkena dampak diusahakan terwakili di dalam Komisi Penilai ini. Tata kerja dan komposisi keanggotaan Komisi Penilai AMDAL ini diatur dalam Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup, sementara anggota-anggota Komisi Penilai AMDAL di propinsi dan kabupaten/kota ditetapkan oleh Gubernur dan Bupati/Walikota.
2. Pemrakarsa adalah orang atau badan hukum yang bertanggungjawab atas suatu rencana usaha dan/atau kegiatan yang akan dilaksanakan.
3. Masyarakat yang berkepentingan adalah masyarakat yang terpengaruh atas segala bentuk keputusan dalam proses AMDAL berdasarkan alasan-alasan antara lain sebagai berikut: kedekatan jarak tinggal dengan rencana usaha dan/atau kegiatan, faktor pengaruh ekonomi, faktor pengaruh sosial budaya, perhatian pada lingkungan hidup, dan/atau faktor pengaruh nilai-nilai atau norma yang dipercaya. Masyarakat berkepentingan dalam proses AMDAL dapat dibedakan menjadi masyarakat terkena dampak, dan masyarakat pemerhati.
Pada prinsipnya semua kegiatan yang berdampak pada lingkungan wajib memiliki dokumen pengelolaan lingkungan semabaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah No.27 tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup dan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No.17 thn 2001 ttg Jenis Rencana Usaha Dan Atau Kegiatan yg Wajib Dilengkapi AMDAL, jo. PP No.27 tahun 1999 .
Bila kegiatan tersebut tidak wajib AMDAL maka harus membuat dokumen pengelolaan lingkungan yaitu UKL-UPL(Upaya Pengelolaan Lingkungan dan Upaya Pemantauan Lingkungan) berdasarkan pada Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No.17 thn 2001 ttg Jenis Rencana Usaha Dan Atau Kegiatan yg Wajib Dilengkapi AMDAL, jo. PP No.27 tahun 1999 dan Kepmen LH No.12/MENLH/3/1994 ttg Pedoman Umum Upaya Pengelolaan Lingkungan dan Upaya Pemantauan Lingkungan.
Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UPL) adalah upaya yang dilakukan dalam pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup oleh penanggung jawab dan atau kegiatan yang tidak wajib melakukan AMDAL (Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 86 tahun 2002 tentang Pedoman Pelaksanaan Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup).
Kegiatan yang tidak wajib menyusun AMDAL tetap harus melaksanakan upaya pengelolaan lingkungan dan upaya pemantauan lingkungan. Kewajiban UKL-UPL diberlakukan bagi kegiatan yang tidak diwajibkan menyusun AMDAL dan dampak kegiatan mudah dikelola dengan teknologi yang tersedia.
UKL-UPL merupakan perangkat pengelolaan lingkungan hidup untuk pengambilan keputusan dan dasar untuk menerbitkan ijin melakukan usaha dan atau kegiatan.
Proses dan prosedur UKL-UPL tidak dilakukan seperti AMDAL tetapi dengan menggunakan formulir isian yang berisi :
1. Identitas pemrakarsa
2. Rencana Usaha dan/atau kegiatan
3. Dampak Lingkungan yang akan terjadi
4. Program pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup
5. Tanda tangan dan cap
Formulir Isian diajukan pemrakarsa kegiatan kepada :
1. Instansi yang bertanggungjawab di bidang pengelolaan lingkungan hidup Kabupaten/Kota untuk kegiatan yang berlokasi pada satu wilayah kabupaten/kota
2. Instansi yang bertanggungjawab di bidang pengelolaan lingkungan hidup Propinsi untuk kegiatan yang berlokasi lebih dari satu Kabupaten/Kota
3. Instansi yang bertanggungjawab di bidang pengelolaan lingkungan hidup dan pengendalian dampak lingkungan untuk kegiatan yang berlokasi lebih dari satu propinsi atau lintas batas negara

AMDAL digunakan untuk:
• Bahan bagi perencanaan pembangunan wilayah
• Membantu proses pengambilan keputusan tentang kelayakan lingkungan hidup dari rencana usaha dan/atau kegiatan
• Memberi masukan untuk penyusunan disain rinci teknis dari rencana usaha dan/atau kegiatan
• Memberi masukan untuk penyusunan rencana pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup
• Memberi informasi bagi masyarakat atas dampak yang ditimbulkan dari suatu rencana usaha dan atau kegiatan
Dalam pelaksanaannya, terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu:
1. Penentuan kriteria wajib AMDAL, saat ini, Indonesia menggunakan/menerapkan penapisan 1 langkah dengan menggunakan daftar kegiatan wajib AMDAL (one step scoping by pre request list). Daftar kegiatan wajib AMDAL dapat dilihat di Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 11 Tahun 2006
2. Apabila kegiatan tidak tercantum dalam peraturan tersebut, maka wajib menyusun UKL-UPL, sesuai dengan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 86 Tahun 2002
3. Penyusunan AMDAL menggunakan Pedoman Penyusunan AMDAL sesuai dengan Permen LH NO. 08/2006
4. Kewenangan Penilaian didasarkan oleh Permen LH no. 05/2008

Siapa yang menyusun Amdal ?
Dokumen AMDAL harus disusun oleh pemrakarsa suatu rencana usaha dan/atau kegiatan.
Dalam penyusunan studi AMDAL, pemrakarsa dapat meminta jasa konsultan untuk menyusunkan dokumen AMDAL. Penyusun dokumen AMDAL harus telah memiliki sertifikat Penyusun AMDAL dan ahli di bidangnya. Ketentuan standar minimal cakupan materi penyusunan AMDAL diatur dalam Keputusan Kepala Bapedal Nomor 09/2000.

Siapa saja yang terlibat dalam proses Amdal ?
Pihak-pihak yang terlibat dalam proses AMDAL adalah Komisi Penilai AMDAL, pemrakarsa, dan masyarakat yang berkepentingan.
Komisi Penilai AMDAL adalah komisi yang bertugas menilai dokumen AMDAL. Di tingkat pusat berkedudukan di Kementerian Lingkungan Hidup, di tingkat Propinsi berkedudukan di Bapedalda/lnstansi pengelola lingkungan hidup Propinsi, dan di tingkat Kabupaten/Kota berkedudukan di Bapedalda/lnstansi pengelola lingkungan hidup Kabupaten/Kota. Unsur pemerintah lainnya yang berkepentingan dan warga masyarakat yang terkena dampak diusahakan terwakili di dalam Komisi Penilai ini. Tata kerja dan komposisi keanggotaan Komisi Penilai AMDAL ini diatur dalam Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup, sementara anggota-anggota Komisi Penilai AMDAL di propinsi dan kabupaten/kota ditetapkan oleh Gubernur dan Bupati/Walikota.

Pemrakarsa adalah orang atau badan hukum yang bertanggungjawab atas suatu rencana usaha dan/atau kegiatan yang akan dilaksanakan.
Masyarakat yang berkepentingan adalah masyarakat yang terpengaruh atas segala bentuk keputusan dalam proses AMDAL berdasarkan alasan-alasan antara lain sebagai berikut: kedekatan jarak tinggal dengan rencana usaha dan/atau kegiatan, faktor pengaruh ekonomi, faktor pengaruh sosial budaya, perhatian pada lingkungan hidup, dan/atau faktor pengaruh nilai-nilai atau norma yang dipercaya. Masyarakat berkepentingan dalam proses AMDAL dapat dibedakan menjadi masyarakat terkena dampak, dan masyarakat pemerhati.

Apa yang dimaksud UKL dan UPL ?
Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UPL) adalah upaya yang dilakukan dalam pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup oleh penanggung jawab dan atau kegiatan yang tidak wajib melakukan AMDAL (Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 86 tahun 2002 tentang Pedoman Pelaksanaan Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup).

Kegiatan yang tidak wajib menyusun AMDAL tetap harus melaksanakan upaya pengelolaan lingkungan dan upaya pemantauan lingkungan. Kewajiban UKL-UPL diberlakukan bagi kegiatan yang tidak diwajibkan menyusun AMDAL dan dampak kegiatan mudah dikelola dengan teknologi yang tersedia.
UKL-UPL merupakan perangkat pengelolaan lingkungan hidup untuk pengambilan keputusan dan dasar untuk menerbitkan ijin melakukan usaha dan atau kegiatan.
Proses dan prosedur UKL-UPL tidak dilakukan seperti AMDAL tetapi dengan menggunakan formulir isian yang berisi :
•Identitas pemrakarsa
•Rencana Usaha dan/atau kegiatan
•Dampak Lingkungan yang akan terjadi
•Program pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup
•Tanda tangan dan cap
Formulir Isian diajukan pemrakarsa kegiatan kepada :
•Instansi yang bertanggungjawab di bidang pengelolaan lingkungan hidup Kabupaten/Kota untuk kegiatan yang berlokasi pada satu wilayah kabupaten/kota
•Instansi yang bertanggungjawab di bidang pengelolaan lingkungan hidup Propinsi untuk kegiatan yang berlokasi lebih dari satu Kabupaten/Kota
•Instansi yang bertanggungjawab di bidang pengelolaan lingkungan hidup dan pengendalian dampak lingkungan untuk kegiatan yang berlokasi lebih dari satu propinsi atau lintas batas negara.

Apa kaitan Amda dengan dokumen atau kajian lingkungan lainnya ?
AMDAL-UKL/UPL
Rencana kegiatan yang sudah ditetapkan wajib menyusun AMDAL tidak lagi diwajibkan menyusun UKL-UPL (lihat penapisan Keputusan Menteri LH 17/2001). UKL-UPL dikenakan bagi kegiatan yang telah diketahui teknologi dalam pengelolaan limbahnya.
AMDAL dan Audit Lingkungan Hidup Wajib

Bagi kegiatan yang telah berjalan dan belum memiliki dokumen pengelolaan lingkungan hidup (RKL-RPL) sehingga dalam operasionalnya menyalahi peraturan perundangan di bidang lingkungan hidup, maka kegiatan tersebut tidak bisa dikenakan kewajiban AMDAL, untuk kasus seperti ini kegiatan tersebut dikenakan Audit Lingkungan Hidup Wajib sesuai Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 30 tahun 2001 tentang Pedoman Pelaksanaan Audit Lingkungan yang Diwajibkan.

Audit Lingkungan Wajib merupakan dokumen lingkungan yang sifatnya spesifik, dimana kewajiban yang satu secara otomatis menghapuskan kewajiban lainnya kecuali terdapat kondisi-kondisi khusus yang aturan dan kebijakannya ditetapkan oleh Menteri Negara Lingkungan Hidup. Kegiatan dan/atau usaha yang sudah berjalan yang kemudian diwajibkan menyusun Audit Lingkungan tidak membutuhkan AMDAL baru.

AMDAL dan Audit Lingkungan Hidup Sukarela
Kegiatan yang telah memiliki AMDAL dan dalam operasionalnya menghendaki untuk meningkatkan ketaatan dalam pengelolaan lingkungan hidup dapat melakukan audit lingkungan secara sukarela yang merupakan alat pengelolaan dan pemantauan yang bersifat internal. Pelaksanaan Audit Lingkungan tersebut dapat mengacu pada Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 42 tahun 1994 tentang Panduan umum pelaksanaan Audit Lingkungan.

Penerapan perangkat pengelolaan lingkungan sukarela bagi kegiatan-kegiatan yang wajib AMDAL tidak secara otomatis membebaskan pemrakarsa dari kewajiban penyusunan dokumen AMDAL. Walau demikian dokumen-dokumen sukarela ini sangat didorong untuk disusun oleh pemrakarsa karena sifatnya akan sangat membantu efektifitas pelaksanaan pengelolaan lingkungan sekaligus dapat "memperbaiki" ketidaksempurnaan yang ada dalam dokumen AMDAL. Dokumen lingkungan yang bersifat sukarela ini sangat bermacam-macam dan sangat berguna bagi pemrakarsa, termasuk dalam melancarkan hubungan perdagangan dengan luar negeri. Dokumen-dokumen tersebut antara lain adalah Audit Lingkungan Sukarela, dokumen-dokumen yang diatur dalam ISO 14000, dokumen-dokumen yang dipromosikan penyusunannya oleh asosiasi-asosiasi industri/bisnis, dan lainnya.
Dampak Terhadap Lingkungan
PLASTIK
plastik yang mulai digunakan sekitar 50 tahun yang silam, kini telah menjadi barang yang tidak terpisahkan dalam kehidupan manusia. Diperkirakan ada 500 juta sampai 1 milyar kantong plastik digunakan penduduk dunia dalam satu tahun. Ini berarti ada sekitar 1 juta kantong plastik per menit. Untuk membuatnya, diperlukan 12 juta barel minyak per tahun, dan 14 juta pohon ditebang.
Konsumsi berlebih terhadap plastik, pun mengakibatkan jumlah sampah plastik yang besar. Karena bukan berasal dari senyawa biologis, plastik memiliki sifat sulit terdegradasi (non-biodegradable). Plastik diperkirakan membutuhkan waktu 100 hingga 500 tahun hingga dapat terdekomposisi (terurai) dengan sempurna. Sampah kantong plastik dapat mencemari tanah, air, laut, bahkan udara.
Kantong plastik terbuat dari penyulingan gas dan minyak yang disebut ethylene. Minyak, gas dan batu bara mentah adalah sumber daya alam yang tak dapat diperbarui. Semakin banyak penggunaan palstik berarti semakin cepat menghabiskan sumber daya alam tersebut.
Fakta tentang bahan pembuat plastik, (umumnya polimer polivinil) terbuat dari polychlorinated biphenyl (PCB) yang mempunyai struktur mirip DDT. Serta kantong plastik yang sulit untuk diurai oleh tanah hingga membutuhkan waktu antara 100 hingga 500 tahun. Akan memberikan akibat antara lain:
• Tercemarnya tanah, air tanah dan makhluk bawah tanah.
• Racun-racun dari partikel plastik yang masuk ke dalam tanah akan membunuh hewan-hewan pengurai di dalam tanah seperti cacing.
• PCB yang tidak dapat terurai meskipun termakan oleh binatang maupun tanaman akan menjadi racun berantai sesuai urutan rantai makanan.
• Kantong plastik akan mengganggu jalur air yang teresap ke dalam tanah.
• Menurunkan kesuburan tanah karena plastik juga menghalangi sirkulasi udara di dalam tanah dan ruang gerak makhluk bawah tanah yang mampu meyuburkan tanah.
• Kantong plastik yang sukar diurai, mempunyai umur panjang, dan ringan akan mudah diterbangkan angin hingga ke laut sekalipun.
• Hewan-hewan dapat terjerat dalam tumpukan plastik.
• Hewan-hewan laut seperti lumba-lumba, penyu laut, dan anjing laut menganggap kantong-kantong plastik tersebut makanan dan akhirnya mati karena tidak dapat mencernanya.
• Ketika hewan mati, kantong plastik yang berada di dalam tubuhnya tetap tidak akan hancur menjadi bangkai dan dapat meracuni hewan lainnya.
• Pembuangan sampah plastik sembarangan di sungai-sungai akan mengakibatkan pendangkalan sungai dan penyumbatan aliran sungai yang menyebabkan banjir.

Sebagai tambahan pemahaman, beberkan beberapa fakta yang berkaitan dengan sampah plastik dan lingkungan:
• Kantong plastik sisa telah banyak ditemukan di kerongkongan anak elang laut di Pulau Midway, Lautan Pacific
• Sekitar 80% sampah dilautan berasal dari daratan, dan hampir 90% adalah plastik.
• Dalam bulan Juni 2006 program lingkungan PBB memperkirakan dalam setiap mil persegi terdapat 46,000 sampah plastik mengambang di lautan.
• Setiap tahun, plastik telah ’membunuh’ hingga 1 juta burung laut, 100.000 mamalia laut dan ikan-ikan yang tak terhitung jumlahnya.
• banyak penyu di kepulauan seribu yang mati karena memakan plastik yang dikira ubur-ubur, makanan yang disukainya.
Untuk menanggulangi sampah plastik beberapa pihak mencoba untuk membakarnya. Tetapi proses pembakaran yang kurang sempurna dan tidak mengurai partikel-partikel plastik dengan sempurna maka akan menjadi dioksin di udara. Bila manusia menghirup dioksin ini manusia akan rentan terhadap berbagai penyakit di antaranya kanker, gangguan sistem syaraf, hepatitis, pembengkakan hati, dan gejala depresi.
Terus gimana, dong?. Kita memang tidak mungkin bisa menghapuskan penggunaan kantong plastik 100%, tetapi yang paling memungkinkan adalah dengan memakai ulang plastik (reuse), mengurangi pemakaian plastik (reduce), dan mendaur ulang (recycle). Terakhir, mungkin perlu regulasi dari pemerintah untuk meredam semakin meningkatnya penggunaan plastik.
KERTAS
1. Kurangi sampah dengan mengurangi penggunaan kertas untuk menyelamatkan hutan. Setiap hari sampah kertas di dunia berasal dari 27.000 batang kayu.
2. Pada jaman elektronik ini, penghematan kertas dapat dilakukan dengan mengirim berita-berita maupun undangan lewat internet/email.
3. Pakai kertas dengan 2 sisi (bolak-balik) .
4. Kertas yang telah dipakai 2 sisi (bolak-balik) dan sudah tak terpakai lagi, kumpulkan dan berikan pada pemulung untuk dijual sebagai bahan kertas daur ulang.
5. Pakai lagi amplop dengan membaliknya, hal itu tak akan mengurangi rasa hormat anda pada penerima surat anda.
6. Pilih isi ulang pulsa dengan yang elektrik bukan gesek untuk menghemat penggunaan kertas.
FUNGSI MENANAM POHON

1. pabrik oksigen bagi mahluk hidup
2. penyerap polusi udara
3. penyerap gas CO2 sehingga mengurangi pemanasan global
4. akarnya berfungsi menyerap air hujan sehingga membantu kita terhindar dari banjir di musim hujan dan kekeringan di musim kemarau
5. pepohonan yang rindang dapat berfungsi sebagai AC alami karena dapat
menurunkan suhu udara di sekitarnya

6. memanfaatkan lahan tidur
*Bayangkan kerugiannya jika pohon ditebang.. Pakailah bambu sebagai pengganti kayu

PEMBOROSAN PENYEBAB GLOBAL WARMING.
1. boros tissue = pohon habis untuk bahan baku = penyebab global warming
2.pakai pendingin elektronik berlebihan = boros BBM = penyebab global warming
3. boros plastik = boros minyak bumi (bahan bakar plastik) = penyebab global warming
4. boros lampu = boros energi = penyebab global warming
5. barang impor = butuh BBM banyak untuk mengangkut = penyebab global warming
6. boros menggunakan AC = boros energi = penyebab global warming

DAPUR

1. Hindari pemakaian sumpit sekali pakai dan sedotan (hanya dipakai 3 menit) agar tidak menambah jumlah sampah. Pakailah sumpit yang setelah pakai dapat dicuci dan digunakan lagi.

2. Cuci dan gunakan kembali peralatan makan setelah dipakai untuk acara kemudian. Jika kondisinya sudah buruk dan terpaksa dibuang, bersihkan dulu dari sisa makanan, lalu berikan pada pemulung.

3. Habiskan makanan yang ada dipiring untuk mengurangi sampah.

4. Hindari membuang air minum yang tersisa di gelas/botol. Gunakan untuk menyiram tanaman, mencuci tangan, dsb Usahakan menghabiskan minuman anda.

5. Aneka jenis tissue diproduksi dari serat kayu dan tidak dapat didaur ulang. Gunakan lap/serbet yang bisa dipakai berulang kali untuk lap piring, serbet makan, lap meja, dll

6. Kantong teh celup terbuat dari bahan yang sulit hancur. Pilih teh bubuk dan bukan teh celup.

7. Jangan biarkan magic jar menyala selama 24 jam sehari. Segera matikan setelah nasi atau masakan matang. nyalakan hanya sesaat ingin memanaskan nasi atau makanan.

8. Minyak goreng dibuat dari kelapa sawit. Keberadaan kebun kelapa sawit telah mengubah wajah hutan alam di Indonesia . Berhematlah menggunakan minyak goreng untuk menyelamatkan hutan kita dan mengurangi emisi.. Hutan gambut menyerap emisi karbon lebih besar dari hujan.

9. Pilih sabun atau shampoo berukuran besar, bisa diisi ulang. Selain lebih ekonomis, kita juga bisa mengurangi sampah kemasan.

10.Kulkas yang kosong lebih menghabiskan listrik daripada kulkas yang penuh

Audit Kecurangan (FRAUD)

Pengertian Audit Kecurangan (FRAUD)
Kecurangan harus dibedakan dengan kesalahan
1. Kesalahan (error) dapat dideskripsikan sebagai suatu yang tidak disengaja dan ini dapat terjadi dalam setiap tahap pengelolaan transaksi
2. Kecurangan (fraud) adalah kesalahan yang disengaja
Auditor tertarik pada pencegahan, deteksi dan pengungkapan kesalahan karena alasan:
1. Eksistensi kesalahan dapat menunjukkan bahwa catatan akuntansi kliennya tidak dapat dipercaya
2. Apabila pengujian ketaatan (compliance test) menunjukkan sejumlah kesalahan, auditor tidak dapat mempercayai pengendalian intern
3. Apabila kesalahan cukup material, dapat mempengaruhi kebenaran(truth), dan kewajaran(fairness) atas laporan keuangan.
Kecurangan (fraud) digunakan untuk berbagai perbuatan dosa termasuk:
1. Kecurangan dengan cara penipuan untuk mendapatkan keuntungan keuangan yang ilegal
2. Pernyataan salah yang disengaja dalam penghilangan jumlah atau pengungkapan dari catatan akuntansi atau laporan keuangan
3. Pencurian (theft)

CONTOH AUDIT KECURANGAN: Kasus Klaim: Auditor diganjar US$ 504,049 karena gagal mendeteksi kecurangan laporan keuangan
Singapore: Dua perusahan Auditor sebelumnya yang mengaudit laporan keuangan dari sebuah perusahaan real estate terkenal di Singapura, dinyatakan bersalah dan dihukum denda sebesar SGD 775,000 (US$ 504,049) karena terbukti gagal untuk memberikan peringatan kepada manajemen perusahaan tersebut tentang adanya kecurangan yang dilakukan oleh mantan manajer keuangannya yang dilakukan sepanjang tahun 2002 dan 2004 dimana sang manajer tidak menyetorkan uang perusahaan ke bank yang ditunjuk.

Kecurangan sang manajer keuangan tsb diketahui setelah perusahaan audit yang baru Patrick Lee Public accounting Cooperation menerima laporan rekonsiliasi bank yang berbeda dengan laporan akunting perusahaan, dimana terjadi kekurangan dana sebesar SGD 672,253 (US$ 437,224). Pengadilan memutuskan bahwa seharusnya perusahaan audit sebelumnya dapat mendeteksi adanya kecurangan tsb dan memberikan laporan peringatan kepada pihak manajemen atas adanya ketidakberesan laporan keuangan perusahaan.

Keputusan pengadilan tersebut telah memberikan peringatan yang jelas kepada perusahaan audit tentang fungsi dan tanggung jawab profesi Auditors.


Sumber: Xinhua News Agency, 5 Juli 2006
Ditulis di “Asian Casualty Report” Gen Re, edisi ke IX, Juni 2007
Diterjemahkan oleh IMAM MUSJAB di www.ahliasuransi.com

(SUMBER: http://ahliasuransi.com/2008/08/11/kasus-klaim-auditor-diganjar-us-504049-karena-gagal-mendeteksi-kecurangan-laporan-keuangan/)

Rabu, 24 November 2010

softskill "Blopal – Union Carbide"

TUGAS “SOFTSKILL”
Kelompok 1 “ Blopal – Union Carbide “
Mk : Etika Profesi Akuntansi
Kelas : 4 EB 03
TRI HANDAYANI
On April 24,1985,Warren M.anderson,the sixty-three-year-old chairman of Union Carbide disappointing announcement to angry stockholders at their annual meeting in Danbury, connecticut. Anderson, who had been jailed briefly by the government of India on charges of “negligence and criminal corporate liability”, had been devoting all his attention to the company’s mushrooming problems. His announcement concerned the complete breakdown of negotations with officials in the Indian government: they had rejected as inadequate an estimated $200 million in compensation for the deaths of $2,000 people and the injuries of 200,000 others, which had been caused in December 1984 by a poisonous leak of methyl isocyanate gas from a Union Carbide pesticide plant located in Bhopal, India. In the wake of more than $35 billion in suits filed againts the company’s liability coverage, reported to total only about $200 million, the company’s stock tumbled. Angry stockholders filed suit, charging that they had suffered losses of more than $1 billion because the company’s managers had failed to warn them of the risks at the Indian plant. Analysts predicted the company would be forced into bankruptcy. Ironically,the union Garbide plant in Bhopal had been losing money for several years and Anderson had considered closing it.
The deadly methly isocyanate gas that leaked from the union carbide plant is a volatile and highly toxic chemical used to make pesticides. It is 500 times more poisonous than cyanide,and it reacts explosively with almost any substance,including water. Late on the nigth of December 2,1984,the methly isocyanate stored in a tank at the bhopal factory started boiling violently when water or some other agent accidentally entered the tank. A cooling unit that should have switched on automatically had been disable for at least a year. Shakil Qureshi,a manager on duty at the time,and Suman dey,the senior operator on duty,both distrusted the initial readings on the their gauges in the control room “instruments often didn’t work,”Qureshi sais later.”they got corroded,and crystals would form on them.
By 11:30 p.m,the plant work eyes were burning. But the workers remained unconcerned because, as they later reported,minor leaks were common at the plant and were often first detected in this way.many of the iliterate workes were unaware of the deadly properties of the chemical.not until 12:40 a.m as workes began choking on the fumes,did they realize something was drastically wrong.five minutes later,emergency valves on the storage tank exploded and white toxic gas began shooting out of pipestack and drifting toward the shantytowns downwind from the plant.An alarm sounded as manager dey shouted into the factory loudspeaker that a massive leak had erupted and the workers should flee the area. Meanwhile, qureshi ordered company fire trucks to spray the escaping gas with water to neutralize the chemical. But water pressure was too low to reach the top of the 120 foot high pipestack. Dey then rushed to turn on a vent scrubber that should have neutralized the escaping gas with caustic soda. Unfortunately, the scrubber had been shut down for maintance fifteen days earlier. As white clouds continued to pour out of the pipestack, qureshi shouted to workers to turn on a nearby flare tower to burn off the gas. The flare, however, would not go on because its pipes had corroded and were still being repaired.
Panicked workers poured out of the plant, and the lethal cloud settled over the neighbouring shantytowns of Jaipraksh and chola. Hundreds died in their beds, choking helpessly in violent spasms as their burning lungs filled with fluid. Thousands were blinded by the caustic gas, and thousand of others suffered burns and lesions in their nasal and bronchial passages. When it was over, at least 2000 lay dead and 200.000 were injured. The majority of the dead were. Squatters who had illegary built huts next the factory. Surviving residents of the slums, most of them illiterate, declared afterward that they had built their shacks there because they did not understand the danger and thought the factory made healty “ medicine for plants “.
Union carbide managers from the united states built the Bhopal plant in 1969 with the blessing of the Indian government, which was anxious to increase production of the pesticides it desperately needed to raise food for India’s huge population. Over the next fifteen years, pepticides enabled India to cut its annual grain iosses from 25 percent to 15 percent, a saving of 15 milion tons of grain, or enough to feed 70 milion people for a full year. Indian officials willingly accepted the technology, skills, and equipment that Union Carbide provided, and Indian workers were thankful for the company jobs, without wich they would have had to beg or starve, as India has no welfare system. In return, India offered the company cheap labor, low taxes and few laws requiring expensive enviomental equipment or custly workplace protections. In comparison with other factories in India, the Union Carbide plant was considerer a model, law-abiding citizen with a good safety record. Said a government official : “ they never refused to install what we asked “.
At the time of the disaster, the pesticide plant in Bhopal was operated by Union Carbide India. Ltd., a subsidiary of the Union Carbide Corporation of Danbury, Connecticut, which had a controlling interest of 50.9 percent in the India company. The board of directors of Union Carbide India Ltd., included one top manager from the parent Union Carbide Corporation in the United States and four manager from another Union Carbide subsidiary, based in Hongkong. Reports from the Indian company were regulary reviewed by the managers in Danbury, who had the authority to exercise financial and technical control over Union Carbide India Ltd., although day-to-day details were left to the Indian managers, the American manager controlled budgets, set major policies and issued technical directive for operating and maintaining the plant.
Before the tragedy, the Indian subsidiary had been doing poorly. In an effort to contain annual losses of $4 million from the unprofitable plant local company managers had intiated several cost cutting programs. Only a year before, the number of equipment operators on each shift had been reduced from twelve to five ; morale dropped and many of the best operators quit and were replaced with workers whose education was bellow that required by company mauals. Although Warren Anderson and other Union Carbide Corporation ( U.S ) managers insisted that responsibility for the plant’s operations rested with the local Indian managers, they hastened to say that all cost-cutting measures had been justified.
Two years before the disaster, the American managers had sent three engineers from the United States to survey the plant and as a result, had told the Indian managers to remedy ten major flaws in safety equipment and procedures. The Indian managers had written back that the problems were corrected. “ we have no reason to believe that what was represented to us by Union Carbide India Ltd., did not in fact occur, “ said the U.S managers. The U.S managers had considered closing the failing plant a year earlier, but Indian city and state offials had asked that the company remain open to preserve the jobs of thousands of workers in the plant and independent local industries.
Quitions :
1. What were the ethical issues raised by this case ?
2. Did the legal doctrine of “ limited liability “ apply to protect the shareholders of Union Carbide Corporation ( U.S ) ?
3. Were the Indian operations, which were being overseen by the managers of Union Carbide Corporation ( U.S ) in compliance with legal or moral or ethical standards ?
Translate Indonesia …
Pada bulan April 24,1985, Warren M.anderson, ketua enam puluh tiga tahun pengumuman Union Carbide mengecewakan kepada pemegang saham marah pada pertemuan tahunan mereka di Danbury, Connecticut. Anderson, yang telah dipenjara sebentar oleh pemerintah India atas tuduhan "kelalaian dan tanggung jawab pidana korporasi", telah mencurahkan semua perhatiannya terhadap masalah perusahaan menjamurnya pengumuman menyangkut rincian lengkap negotations dengan pejabat di pemerintah India: mereka telah ditolak sebagai tidak memadai sekitar $ 200 juta sebagai kompensasi atas kematian orang $ 2.000 dan luka-luka 200.000 orang lain, yang disebabkan pada bulan Desember 1984 oleh seorang beracun kebocoran gas metil isocyanate dari sebuah pabrik pestisida Union Carbide yang terletak di Bhopal, India. Dalam bangun lebih dari $ 35 miliar di jas mengajukan versus cakupan kewajiban perusahaan, melaporkan terhadap total hanya sekitar $ 200 juta, saham perusahaan merosot. Marah pemegang saham mengajukan gugatan, pengisian bahwa mereka telah menderita kerugian lebih dari $ 1 miliar karena manajer perusahaan telah gagal untuk memperingatkan mereka dari risiko di pabrik India. Para analis memperkirakan perusahaan akan dipaksa menjadi bangkrut. Ironisnya, serikat Garbide pabrik di Bhopal telah kehilangan uang untuk beberapa tahun dan Anderson dianggap menutupnya.
Gas isosianat mematikan methly yang bocor dari pabrik serikat karbida adalah bahan kimia yang mudah menguap dan sangat beracun digunakan untuk membuat pestisida. Hal ini 500 kali lebih beracun dari sianida, dan bereaksi eksplosif dengan hampir semua zat, termasuk air. Akhir pada nigth Desember 2,1984, yang methly isosianat disimpan dalam sebuah tangki di pabrik Bhopal mulai mendidih hebat ketika air atau beberapa agen lainnya sengaja masuk tangki. Unit pendingin yang seharusnya diaktifkan secara otomatis telah menonaktifkan setidaknya setahun. Shakil Qureshi, seorang manajer bertugas pada waktu itu, dan dey Suman, operator senior yang bertugas, kedua tidak mempercayai pembacaan awal pada alat pengukur mereka di ruang kontrol "instrumen sering tidak berhasil," sais Qureshi nanti "mereka dapatkan. berkarat, dan kristal akan membentuk mereka.

Dengan 11:30 p.m, mata tanaman pekerjaan terbakar. Tetapi para pekerja tetap tidak peduli karena, seperti mereka kemudian melaporkan, kebocoran kecil yang umum di pabrik dan sering pertama kali terdeteksi pada ini way.many dari workes iliterate tidak menyadari sifat mematikan chemical.not sampai 0:40 sebagai workes mulai tersedak asap, apakah mereka menyadari ada sesuatu yang drastis wrong.five menit kemudian, darurat katup pada tangki penyimpanan meledak dan gas beracun putih mulai menembak dari pipestack dan drifting terhadap kumuh melawan arah angin dari plant.An alarm berbunyi sebagai manajer dey berteriak ke loudspeaker pabrik yang bocor yang besar telah meletus dan para pekerja harus lari daerah tersebut. Sementara itu, Qureshi memerintahkan perusahaan truk pemadam kebakaran untuk menyemprot gas melarikan diri dengan air untuk menetralisir bahan kimia. Tapi tekanan air terlalu rendah untuk mencapai puncak pipestack 120 kaki tinggi. Dey kemudian bergegas untuk mengaktifkan sebuah scrubber lubang yang seharusnya menetralisir gas kabur dengan soda kaustik. Sayangnya, scrubber telah ditutup untuk pemeliharaan lima belas hari sebelumnya. Seperti awan putih terus mencurahkan pipestack itu, Qureshi berteriak kepada pekerja untuk mengaktifkan sebuah menara suar terdekat untuk membakar gas. suar, bagaimanapun, tidak akan pergi karena pipa yang sudah berkarat dan masih sedang diperbaiki.
pekerja panik berhamburan keluar dari pabrik, dan awan mematikan diselesaikan selama kumuh tetangga Jaipraksh dan Chola. Ratusan meninggal di tempat tidur mereka, tersedak helpessly dalam kejang kekerasan sebagai paru-paru mereka terbakar berisi cairan. Ribuan orang dibutakan oleh gas kaustik, dan ribuan lainnya menderita luka bakar dan luka dalam bagian mereka hidung dan bronkial. Setelah selesai, setidaknya 2000 terbaring tewas dan 200.000 luka-luka. Sebagian besar yang tewas adalah. Penghuni liar yang membangun gubuk illegary berikutnya pabrik. Penggabungan penduduk daerah kumuh, kebanyakan dari mereka buta huruf, setelah itu menyatakan bahwa mereka telah membangun gubuk-gubuk mereka di sana karena mereka tidak memahami bahaya dan berpikir pabrik membuat sehat "obat bagi tanaman".
Uni karbida manajer dari negara-negara bersatu membangun pabrik Bhopal pada tahun 1969 dengan restu pemerintah India, yang ingin meningkatkan produksi pestisida itu sangat diperlukan untuk meningkatkan makanan untuk populasi besar India. Selama lima belas tahun berikutnya, pepticides memungkinkan India untuk memotong iosses tahunan gandum dari 25 persen menjadi 15 persen, penghematan dari 15 juta ton biji-bijian, atau cukup untuk memberi makan 70 juta orang selama setahun penuh. Para pejabat India bersedia menerima teknologi, keterampilan, dan peralatan yang diberikan Union Carbide, dan pekerja India bersyukur untuk pekerjaan perusahaan, tanpa yang mereka harus mengemis atau kelaparan, seperti India tidak memiliki sistem kesejahteraan. Sebagai imbalannya, India yang ditawarkan perusahaan buruh murah, pajak rendah dan beberapa undang-undang membutuhkan peralatan enviomental mahal atau custly perlindungan tempat kerja. Dibandingkan dengan pabrik-pabrik lainnya di India, pabrik Union Carbide adalah considerer model, warga negara yang taat hukum dengan catatan keamanan yang baik. Kata seorang pejabat pemerintah: "mereka tidak pernah menolak untuk menginstal apa yang kita minta".

Pada saat bencana, pabrik pestisida di Bhopal ini dioperasikan oleh Union Carbide India. Ltd, anak perusahaan dari Union Carbide Corporation of Danbury, Connecticut, yang memiliki kepentingan pengendalian 50,9 persen di perusahaan India. Dewan direksi Union Carbide India Ltd, termasuk salah satu top manager dari induk Union Carbide Corporation di Amerika Serikat dan empat manajer dari anak perusahaan lain Union Carbide, berbasis di Hongkong. Laporan dari perusahaan India teratur ditinjau oleh para manajer di Danbury, yang memiliki kewenangan untuk melakukan pengawasan keuangan dan teknis atas Union Carbide India Ltd, meskipun rincian sehari-hari dibiarkan para manajer India, manajer Amerika dikendalikan anggaran , menetapkan kebijakan utama dan mengeluarkan perintah teknis untuk mengoperasikan dan memelihara tanaman.

Sebelum tragedi ini, anak perusahaan India telah melakukan buruk. Dalam upaya untuk mengandung kerugian tahunan sebesar $ 4 juta dari tanaman manajer tidak menguntungkan perusahaan lokal telah intiated biaya beberapa program pemotongan. Hanya setahun sebelumnya, jumlah operator peralatan pada setiap shift telah berkurang 12-5; moral dan banyak menjatuhkan operator terbaik berhenti dan digantikan dengan pekerja yang pendidikan di bawah yang dibutuhkan oleh mauals perusahaan. Walaupun Warren Anderson dan lain Union Carbide Corporation (AS) manajer bersikeras bahwa tanggung jawab untuk operasi pabrik beristirahat dengan manajer India setempat, mereka bergegas untuk mengatakan bahwa semua tindakan pemotongan biaya telah dibenarkan.

Dua tahun sebelum bencana, para manajer Amerika telah mengirim tiga insinyur dari Amerika Serikat untuk survei pabrik dan sebagai hasilnya, telah mengatakan kepada manajer India untuk memperbaiki kekurangan sepuluh besar di peralatan keselamatan dan prosedur. Para manajer India telah menulis kembali bahwa masalah dikoreksi. "Kita tidak punya alasan untuk percaya bahwa apa yang diwakili kepada kita oleh Union Carbide India Ltd, pada kenyataannya tidak terjadi," kata manajer AS. Para manajer AS telah dianggap gagal menutup pabrik tahun sebelumnya, namun kota offials India dan negara telah meminta bahwa perusahaan tetap terbuka untuk menjaga pekerjaan dari ribuan pekerja di pabrik dan industri lokal independen.
Quitions:
1. Apa isu-isu etis yang dikemukakan oleh kasus ini?
2. Apakah doktrin hukum "perseroan terbatas" berlaku untuk melindungi para pemegang saham Union Carbide Corporation (US)?
3. Apakah operasi India, yang sedang diawasi oleh para manajer Union Carbide Corporation (US) sesuai dengan standar hukum atau moral atau etika?
Jawab :
1. - Anderson, yang telah dipenjara sebentar oleh pemerintah India atas tuduhan "kelalaian dan tanggung jawab pidana korporasi", telah mencurahkan semua perhatiannya terhadap masalah perusahaan menjamurnya pengumuman menyangkut rincian lengkap negotations dengan pejabat di pemerintah India: mereka telah ditolak sebagai tidak memadai sekitar $ 200 juta sebagai kompensasi atas kematian orang $ 2.000 dan luka-luka 200.000 orang lain, yang disebabkan pada bulan Desember 1984 oleh seorang beracun kebocoran gas metil isocyanate dari sebuah pabrik pestisida Union Carbide yang terletak di Bhopal, India.
- Para analis memperkirakan perusahaan akan dipaksa menjadi bangkrut. Ironisnya, serikat Garbide pabrik di Bhopal telah kehilangan uang untuk beberapa tahun dan Anderson dianggap menutupnya.

2. Berlaku. Tetapi sebelum tragedi ini, anak perusahaan India telah melakukan buruk. Dalam upaya untuk mengandung kerugian tahunan sebesar $ 4 juta dari tanaman manajer tidak menguntungkan perusahaan lokal telah intiated biaya beberapa program pemotongan.

3. Tidak, jumlah operator peralatan pada setiap shift telah berkurang 12-5; moral dan banyak menjatuhkan operator terbaik berhenti dan digantikan dengan pekerja yang pendidikan di bawah yang dibutuhkan oleh mauals perusahaan. Para manajer AS telah dianggap gagal menutup pabrik tahun sebelumnya, namun kota offials India dan negara telah meminta bahwa perusahaan tetap terbuka untuk menjaga pekerjaan dari ribuan pekerja di pabrik dan industri lokal independen.

Jumat, 19 November 2010

LANGKAH-LANGKAH UNTUK MENJADI AKUNTAN

tugas:LANGKAH-LANGKAH UNTUK MENJADI AKUNTAN

Cara Menjadi Akuntan Pajak
akuntansi pajak adalah akuntansi untuk keperluan pajak. akuntan Pajak dapat membuat beberapa uang yang cukup besar tergantung di mana Anda bekerja dan siapa Anda bekerja
Cara Cari Akuntan spesialisasi dalam Perencanaan Pajak
akuntan publik bersertifikat, atau CPA, harus memiliki banyak jam pelatihan untuk menangani akuntansi .
Instructions Petunjuk
1. Lengkap tinggi sekolah. Menyelesaikan sekolah tinggi nomor satu di hampir semua daftar pengusaha persyaratan hari ini karena semuanya menjadi jauh lebih maju dibandingkan sebelumnya. Sebuah GED dapat bekerja di beberapa bidang entry level tetapi jika Anda berharap untuk membuatnya di mana saja dalam hidup, ijazah sekolah tinggi adalah cara untuk pergi. Dianjurkan agar Anda tetap bersekolah dan mendapatkan pendidikan (terutama jika salah satu impian Anda adalah untuk bekerja untuk sebuah perusahaan BPA besar).
2. Pergi ke perguruan tinggi. College ini tidak banyak diperlukan jika Anda ingin menjadi seorang akuntan. Bahkan, dalam bidang-bidang yang paling entry level, semua yang Anda butuhkan adalah sertifikat akuntansi yang dapat diperoleh pada setiap perguruan tinggi. Namun, jika Anda ingin menjadi seorang akuntan pajak untuk KAP yang sangat penting, Anda akan memerlukan paling sedikit gelar 2 tahun di akuntan publik bahkan dipertimbangkan untuk posisi itu. Disarankan agar Anda berbicara dengan konselor sekolah tentang program-program apa yang mereka tawarkan dalam akuntansi. Bahkan jika perguruan tinggi tidak diperlukan, Anda masih mungkin ingin tetap melakukannya hanya untuk menjadi di depan permainan.
3. Mendapatkan posisi entry level. Jika Anda ingin menjadi seorang akuntan pajak untuk KAP terkenal, masuk akuntansi tingkat adalah batu loncatan berikutnya Anda setelah kuliah posisi tingkat Masuk dapat diperoleh pada setiap bisnis kota kecil pajak kantor atau kecil. Juga, direkomendasikan bahwa Anda menjaga posisi entry level Anda sekurang-kurangnya dua sampai empat tahun dan meninggalkan hubungan baik karena Anda akan lebih dari mungkin harus menyediakan referensi profesional untuk pergi setelah kerja lebih besar.
(Sumber: http://www.ehow.com/how_2362907_become-tax-accountant.html)

Fungsi Khusus Akuntansi Publik :

1. Membuat perhitungan tentang layanan yang dicapai oleh pemerintah kemudian menilai apakah pimpinan pemerintah telah melaksanakan tugas-tugas dan kewajiban yang telah ditugaskan kepadanya oleh para pemilik.

2. Membantu mengamankan dan mengawasi semua hak dan kewajiban pemerintah, terlibih lagi dari segi ukuran finansial.

3. Menyediakan informasi yang sangat berguna kepada para pihak yang berkepentingan seperti pertumbuhan ekonomi suatu wilayah pertumbuhan pendidikan, pertumbuhan pendapatan per kapita dan lain sebagainya.

4. Melihat efektivitas dan efisiensi kinerja ekseklusif di dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya.

Peranan Akuntan Publik

1. Membuat keputusan yang berkaitan dengan penggunaan sumber daya yang terbatas termasuk identifikasi bidang keputusan yang rumit dan penetapan tujuan serta sasaran organisasi.

2. Mengarahkan dan mengendalikan secara efektif sumber daya ekonomi dan sumber daya manusia yang ada di dalam organisasi.

3. Menjaga dan melaporkan kepemilikan atas sumber daya yang dikuasai organisasi.

Kamis, 18 November 2010

LAPORAN KEUANGAN INTERN DAN SEGMEN

A. LAPORAN KEUANGAN INTERN

Laporan keuangan intern adalah laporan keuangan yang diterbitkan diantara dua laporan keuangan tahunan. Laporan keuangan interim dapt disusun secara bulanan, triwulan atau periode lainnya yang kurang dari setahun dan mencakup seluruh komponen laporan keuangan sesuai standard akuntansi keuangan. Secara konseptual, laporan keuangan intern menyediakan informasi yang lebih tepat waktu tetapi kurang lengkap dibandingkan dengan laporan keuangan tahunan.

Secara umum pengendalian intern merupakan bagian dari masing-masing sistem, yang digunakan sebagai prosedur dan pedoman pelaksanaan operasional perusahaan atau organisasi tertentu. Sedangkan sistem pengendalian intern merupakan kumpulan dari pengendalian intern terintegrasi berhubungan dan saling mendukung satu dengan yang lainnya.

Dilingkungan perusahaan pengendalian intern didifinisikan sebagai suatu proses yang diberlakukan oleh pimpinan dan management secara keseluruhan, dirancang untuk memberi suatu keyakinan akan tercapainya tujuan perusahaan yang secara umum dibagi kedalam tiga kategori, yaitu:
• keefektifan dan efisiensi operasional perusahaan
• Pelaporan keuangan yang handal
• kepatuhan terhadap prosedur dan peraturan yang diberlakukan.
Suatu pengendalian intern bisa dikatakan efektif apabila ketiga kategori tujuan perusahaan tersebut dapat dicapai yaitu dengan kondisi:
• Direksi dan management mendapat pemahaman akan arah pencapaian tujuan perusahaan dengan meliputi pencapaian tujuan atau target perusahaan, termasuk juga kinerja, tingkat profitabilitas, dan keamanan sumber daya perusahaan
• Laporan keuangan yang dipublikasikan adal handal dan dapat dipercaya, yang meliputi laporan segmen maupun intern
• Prosedur dan peraturan yang ditetapkan


B. LAPORAN KEUANGAN SEGMEN

Pelaporan informasi keuangan menurut segmen diatur melalui PSAK No.5. PSAK No.5 menjelaskan pelaporan informasi keuangan menurut segmen dari suatu perusahaan, khususnya yang beroperasi dalam industri dan wilayah geografis yang berbeda. Dalam pelaporan informasi keuangan menggambarkan aktivitas masing-masing segmen industri dan enunjukkan komposisi masing-masing wilayah geografis yang dilaporkan.

C. PELAPORAN YANG DISEGMEN Untuk beroperasi secara efektif, manajer harus mempunyai informasi sebanyak-banyaknya yang tersedia baginya yang melebihi dari informasi yang diberikan oleh laporan rugi-laba semata. Beberapa jenis produk dapat menguntungkan dan beberapa lainnya tidak dapat memberikan keuntungan, beberapa daerah penjualan mungkin mempunyai komposisi penjualan yang buruk atau mungkin mengabaikan kesempatan penjualan, atau beberapa divisi produksi mungkin tidak efektif menggunakan kapasitas dan sumber daya mereka. Untuk membuka masalah ini manajer membutuhkan laporan yang memfokuskan pada segmen perusahaan.
Segmen dapat didefinisikan sebagai setiap bagian atau setiap aktivitas organisasi yang mengakibatkan manajer perlu mencari data biaya mengenai bagian atau aktivitas organisasi tersebut. Contoh: Segmen akan meliputi daerah penjualan, divisi produksi, departemen produksi, dan jenis produk.


E. KONSEP ALOKASI DASAR
Laporan yang disegmen untuk kegiatan intern disajikan secara khusus dalam bentuk kontribusi. Pedoman penentuan harga pokok yang digunakan dalam penyajian laporan ini adalah sama seperti pedoman penentuan harga pokok yang digunakan dalam penyajian laporan jenis kontribusi pada umumnya, kecuali satu hal yang tidak sama yaitu terletak pada penanganan biaya tetap. Dimana biaya tetap dibagi ke dalam dua bagian pada laporan yang disegmen yaitu direct fixed cost dan common fixed cost.
Direct fixed cost dapat didefinisikan sebagai biaya tetap yang dapat dikaitkan langsung pada segmen tertentu dan yang timbul karena adanya segmen. Sedangkan common fixed cost dapat didefinisi-kan sebagai biaya tetap yang tidak dapat dikaitkan langsung pada setiap segmen tertentu tetapi timbul karena aktivitas operasi keseluruhan.
Singkatnya ada dua pedoman yang diikuti dalam membebankan biaya ke berbagai segmen organisasi menurut pendekatan kontribusi yaitu:
1. Mengikuti pola perilaku biaya (biaya variabel dan tetap).
2. Mengikuti apakah biaya dapat ditelusuri secara langsung ke segmen yang bersangkutan atau tidak.
Ringkasnya, pelaporan yang disegmen memberi kemampuan perusahaan untuk melihat sendiri dari berbagai sudut pandang yan berbeda. Beberapa cara untuk dapat menghasilkan data biaya dan profitabilitas meliputi: 1. Per divisi. 2. Per lini produk. 3. Per daerah penjualan. 4. Per daerah desa. 5. Per operasi dalam negeri dan luar negeri.

JURNAL Penulisan Ilmiah

JURNAL Penulisan Ilmiah


ABSTRAK

Tri Handayani, 21207409
ANALISIS PENILAIAN PERSEDIAAN BARANG DAGANG DAN PENGARUHNYA TERHADAP LABA KOTOR PADA UD. APOTIK XXX
PI Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi,Universitas Gunadarma, 2010
Kata Kunci : Penilaian Persediaan Barang Dagang, Laba Kotor. Akuntansi Keuangan Menengah
( ix + 31 halaman )
Persediaan merupakan aktiva perusahaan yang memiliki peran penting dalam perusahaan dagang. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis harga pokok persediaan barang yang diterapkan oleh perusahaan, sehingga dapat diketahui kewajaran dari penilaian maupun pencatatan persediaan apakah sesuai dengan standar akuntansi keuangan yang berlaku. Perusahaan menerapkan sistem perpetual untuk pencatatan persediaan dan metode FIFO untuk penilaian harga pokok persediaannya. Berdasarkan hasil analisis dapat disimpulkan bahwa sistem pencatatan dan penilaian harga pokok persediaan pada perusahaan sudah sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku dan diterapkan secara konsisten sampai saat ini tetapi jika ditinjau dari segi harga yang naik turun maka lebih baik perusahaan menggunakan metode average. Pengaruh penerapan metode penilaian FIFO dan average pada perusahaan yang harga beli tidak naik turun atau frekuensi kenaikan harga sangat jarang dan kenaikan harga juga sangat kecil sehingga tidak ada perbedaan yang signifikan antara metode penilaian FIFO dan average. Pengaruh penerapan metode penilaian FIFO dan average pada perusahaan yang harga beli mengalami kenaikan dan penurunan atau frekuensi kenaikan harga cukup sering dan kenaikan harga juga besar adalah nilai persediaan akhir apabila menggunakan metode FIFO akan lebih besar dibandingkan dengan metode average dan harga pokok penjualan dengan metode FIFO akan lebih kecil dibandingkan dengan metode average, sehingga menyebabkan laba yang diperoleh perusahaan dengan metode FIFO lebih besar dibandingkan average. Pengaruh penerapan metode pencatatan perpetual, perusahaan mendapatkan informasi mengenai jumlah persediaan secara up to date dan perusahaan dapat menyusun laporan laba rugi sesuai arus fisik barang, sehingga laporan keuangan yang disajikan dapat diandalkan.

1.1 Latar Belakang
Di era globalisasi ini banyak sekali perusahaan-perusahaan maupun pertokoan-pertokoan yang didirikan, sehingga persaingan diantara perusahaan lebih ketat. Pada dasarnya setiap orang yang mendirikan Perusahaan itu mempunyai tujuan yang sama yaitu mencari keuntungan yang sebesar-besarnya. Agar tujuan tersebut tercapai mereka di tuntut untuk berusaha agar perusahaan berjalan dengan lancar. Perusahaan dagang adalah perusahaan yang kegiatan usahanya melakukan transaksi pembelian barang dagang kemudian untuk dijual kembali tanpa mengubah bentuknya. Perusahaan – perusahaan yang digolongkan sebagai perusahaan dagang antara lain adalah distributor, agen tunggal, pengecer, toko swalayan, toko serba ada, plasa, pusat-pusat perbelanjaan, atau pusat barang-barang grosir. Persediaan merupakan barang-barang yang tujuannya untuk dijual kembali melalui kegiatan perusahaan yang normal serta barang yang masih dalam proses produksi. Penjualan barang dagangan merupakan sumber pendapatan pokok bagi perusahaan dagang.
Persediaan sangat penting bagi perusahan dagang maupun manufaktur agar operasional berjalan dengan lancar. Manajer atau pimpinan perusahaan berusaha untuk memberikan pelayanan yang baik bagi konsumennya dengan memenuhi kebutuhannya dengan cara menjaga ketersediaan barang dagangnya. Persediaan bagi perusahaan dagang terdiri dari satu kelompok persediaan yang biasa disebut barang dagang sedangkan pada perusahaan manufaktur persediaan yang dimiliki terdiri dari persediaan bahan baku, supplies pabrik, barang dalam proses dan barang jadi. Penggolongan jenis-jenis persediaan tersebut sangat dipengaruhi oleh sifat dan jenis perusahaan. Persediaan merupakan salah satu unsur didalam penentuan harga pokok penjualan bagi perusahaan dagang dan manufaktur, yang dilaporkan didalam laporan laba rugi dan dari persediaan akhir tersebut yang akan di laporkan dalam laporan neraca.
Dalam rangka melakukan penilaian , maka perusahaan harus merencanakan dan menerapkan suatu metode penilaian persediaan. Dalam metode penilaian persediaan, terdapat 4 (empat) metode yang paling lazim digunakan, yaitu metode identifikasi khusus, FIFO, LIFO dan rata-rata. Dalam Undang-undang perpajakan Indonesia hanya memperbolehkan penilaian persediaan barang untuk penghitungan harga pokok dengan metode FIFO atau metode weighted average. Exposure Draft Standar Akuntansi Keuangan (ED PSAK (14) menyatakan persediaan dinilai dengan FIFO dan average method saja. Dalam Undang –undang perpajakan penilaian persediaan menggunakan LIFO tidak diperbolehkan karena yang disajikan dalam laporan keuangan sering kali dinilai lebih rendah dari yang sebenarnya terjadi sebab dalam penilaian persediaan menggunakan LIFO harga pokok yang digunakan adalah harga terakhir. Ada indikasi kecurangan yang dinilai oleh para analis pajak Hal ini menyebabkan LIFO semakin dinilai hanya mengejar keuntungan tax-saving. Oleh karena itu, para analis pajak, berpendapat bahwa LIFO sebaiknya dihapuskan.
Pada umumnya perusahaan menggunakan salah satu metode penilaian persediaan yang sesuai dengan kondisi dan bidang usahanya. Pengaruh metode penilaian persediaan terhadap laporan keuangan sangat besar, terutama pada laporan laba rugi dan laporan neraca. Pada laporan laba rugi, pengaruh metode penilaian persediaan terletak pada harga pokok penjualan, sedangkan pengaruh metode penilaian persediaan terhadap laporan neraca terletak pada nilai persediaan akhir.
Berdasarkan uraian diatas dapat dilihat pentingnya melakukan perhitungan nilai persediaan sehingga penulis tertarik untuk memilih judul dalam menyusun Penulisan Ilmiah yaitu “ Analisis Penilaian Harga Pokok Persediaan Barang Dagang pada UD. APOTIK XXX“.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana perbandingan laba kotor antara penilaian persediaan dengan menggunakan metode FIFO dan metode penilaian persediaan Rata-rata (Average).
1.3 Pembatasan Masalah
Dalam batasan masalah ini penulis hanya membahas penilaian persediaan barang dagang pada APOTIK XXX yang beralamatkan di Jl. Palsigunung, untuk menilai persediaan dengan jenis persediaan obat Juvelon Multivitamin. Data diambil dari transaksi yang terjadi selama bulan Desember 2009. Penulis menganalisi dengan menggunakan metode FIFO, dan rata-rata (Average) dengan sistem perpetual untuk mengetahui besarnya persediaan akhir dan laba kotor pada masing-masing metode.
1.4 Tujuan Penulisan
Tujuan dari Penulisan Ilmiah ini adalah:
Mengevaluasi metode penilaian persediaan yang digunakan perusahaan dan memberikan solusi pemilihan metode penilaian persediaan yang paling tepat
1.5 Manfaat Penulisan
1) Bagi Perusahaan
Dengan adanya penulisan ini maka diharapkan dapat memberikan masukan dan sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan kebijakan manajemen perusahaan terutama yang berkaitan dengan persediaan barang dagang.
2) Bagi Penulis
Hasil penulisan ini berguna bagi penulis untuk menambah wawasan pengetahuan tentang jenis-jenis persediaan,cara pencatatannya dan metode penilaian persediaan pada suatu perusahaan.
1.6 Metode Penelitian
1.6.1 Objek penelitian
Penelitian ini dilakukan pada APOTIK XXX yang beralamatkan di Jl. Palsigunung, Cimanggis, Depok.
1.6.2 Data
Jenis data yang digunakan pada penulisan ini adalah menggunakan data pembelian dan penjualan obat Juvelon Multivitamin pada bulan Desember periode 2009 dan data umum yang berkaitan dengan penulisan.
1.6.3 Metode pengumpulan data
Adapun metode yang penulis gunakan dalam pengumpulan data-data yang berhubungan dengan Penulisan Ilmiah ini adalah sebagai berikut:
1). Riset Lapangan ( Field Research )
Kegiatan yang penulis lakukan dalam riset lapangan ini adalah mengumpulkan langsung dari perusahaan mengenai data-data informasi yang relevan serta ada hubungannya dengan Penulisan Ilmiah ini.
2). Riset Kepustakaan ( Library Research )
Data-data yang penulis kumpulkan dari riset perpustakaan yang bersumber pada:
a) Buku-buku atau literature.
b) Buku-buku perkuliahan.
c) Buku-buku bacaan lainnya yang ada hubungannya dengan Penulisan Ilmiah.

1.6.4 Alat analisis yang digunakan
Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode:
1. Metode penilaian persediaan First In First Out (FIFO)
Dalam metode ini, barang yang dibeli pertama adalah barang yang pertama kali dijual dan dikeluarkan dari persediaan.
2. Metode penilaian persediaan Rata – rata (Average)
a. Metode Rata-rata Tertimbang ( Weighted Average)
Dalam metode ini, penentuan harga pokok suatu barang ditentukan dengan cara menentukan harga rata-rata per unit dari barang yang akan dijual.
Untuk menentukan harga rata-rata yang ditetapkan untuk menjual barang dagangannya digunakan rumus:
Harga pokok per unit=
Jumlah harga beli barang tersedia untukdijual : Jumlah unit yang tersedia

b. Metode Rata-rata bergerak
Metode ini harga beli rata-rata persatuan harus dihitung setiap terjadi transaksi pembelian barang, dengn demikian rata-rata persatuan akan berlaku sampai dengan transaksi pembelian berikutnya.

LANDASAN TEORI
2.1 Kerangka Teori
2.1.1 Pengertian Persediaan
Persediaan harus dikelola dengan sebaik-baiknya dengan memperhatikan berbagai hal yang akan mempengaruhi besarnya jumlah persediaan di gudang. Pada tingkat penjualan tinggi persediaan berkurang sehingga kualitas barang yang ada dalam perusahaan jumlahnya relatif sedikit.
Pada dasarnya persediaan itu memperlancar operasi perusahaan yang harus dilakukan terus menerus dengan tujuan untuk memproduksi barang yang selanjutnya disampaikan kepada konsumen. Persediaan barang yang baik dan tepat diperlukan untuk memperkirakan dan menetapkan jumlah barang, agar persediaan itu efektif dan efisien.
Biaya barang-barang ini harus dicatat, dikelompokkan, dan diikhtisarkan selama periode akuntansi. Pada akhir periode, biaya dialokasikan diantara aktivitas periode berjalan dan aktivitas masa mendatang, yaitu diantara barang-barang yang dijual dalam periode yang berjalan dan barang-barang yang berada dalam persediaan untuk dijual pada periode mendatang.
Menurut Miswanto dan Eko Widodo ( 1998;171)” persediaan adalah bahan yang digunakan untuk dipakai guna memudahkan produksi atau memuaskan permintaan dari pelanggan atau konsumen, yang meliputi bahan baku, barang dalam proses, dan barang jadi”.
Persediaan (Bambang Riyanto,2000;67) adalah sebagai elemem-elemen utama dari madal kerja yang merupakan aktiva yang selalu dalam keadaan berputar, dimana secara terus menerus mengalami perubahan.
Menurut Smit Skusen (2000:282)“ Persediaan adalah unsur yang paling aktif dalam operasi perusahaan yang secara kontinyu diperoleh dan diproduksi lalu dijual kembali”.

Definisi persediaan menurut PSAK No 14 Tahun 2008 adalah Aktiva yang tersedia untuk dijual kembali dalam kegiatan usaha normal, dalam proses produksi dan atau dalam perjalanan dan dalam bentuk bahan atau pelengkap untuk digunakan dalam proses produksi atau pemberian jasa.
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya persediaan adalah elemen utama dari modal kerja yang paling aktif dalam operasi perusahaan dimana secara terus menerus mengalami perubahan baik yang tersedia untuk dijual kembali dalam kegiatan usaha normal perusahaan, dalam proses produksi dan dalam bentuk bahan pelengkap untuk digunakan dalam proses produksi atau pemberian jasa.

2.2 Kajian Uji Sejenis
Dengan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, terdapat kesamaan topik dan pemikiran yang sama terhadap penelitian sejenis.
Menurut Sulastri Mahasiswa Universitas Gunadarma Jurusan akuntansi membuat penelitian ilmiah berjudul” Analisis Perhitungan Persediaan dengan Metode LIFO dan FIFO pada Perusahaan Pandawa” (2005-2006). Dengan kesimpulan nilai persediaan barang yang baik untuk mencapai laba yang diharapkan adalah dengan menerapkan penilaian persediaan menggunakan metode FIFO, karena dengan persediaan barang pertama kas perusahaan dapat menentukan kapan perusahaan itu dijual dan menentukan laba yang diinginkan.
Menurut Hernawati Mahasiswa Universitas Gunadarma Jurusan Akuntansi membuat penelitian ilmiah berjudul “ Perhitungan Penilaian Persediaan Barang Dagangan dan Pengaruhnya Terhadap Laba Kotor pada UD.MAYA”. Dengan kesimpulan bahwa metode FIFO adalah metode yang paling tepat karena selain menghasilkan laba kotor yang tinggi, metode ini juga cocok untuk usaha yang tidak tahan lama serta aliran barang yang sesuai dengan aliran fisiknya akan memperoleh gambaran yang objektif terhadap laporan laba rugi yang dihasilkan pada tingkat harga yang berlaku pada tanggal neraca, walaupun metode FIFO akan memberikan pengaruh pajak yang lebih besar, tetapi mempunyai alokasi yang tinggi sehingga menghindari harga barang yang tingggi yang bisa menyebabkan barang tidak laku dijual.
METODE PENELITIAN
3.1. Objek Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada UD.APOTIK XXX yang beralamatkan di Jl. Palsigunung, Cimanggis, Depok.

3.1.1. Sejarah Singkat Perusahaan
Usaha Dagang yang dimiliki sekaligus dikelola oleh Dra. Rini Wulansari ini didirikan pada tanggal 10 Semtember 1995 dengan nama “APOTIK XXX ”. Dimana kepemilikannya berdasarkan kekeluargaan. Apotik ini merupakan suatu usaha dagang yang bergerak dalam bidang pembelian dan penjualan barang dagangan yang berupa obat-obatan dan kebutuhan sehari-hari.
APOTIK XXX yang beralamatkan di Jl., Palsigunung, Cimanggis ini didirikan dengan modal awal Rp 150.000.000,00 yang apabila dinilai dengan jumlah sekarang sebesar Rp 900.000.000,00. Jumlah karyawan yang dipekerjakan awalnya hanya 3 orang namun sejalan dengan laju pertumbuhan perekonomian yang semakin meningkat maka apotik ini menambah jumlah karyawan menjadi 16 orang dan mampu membuka cabang baru yang berlokasi di Jl. Gang nangka 22, Cimanggis.

PEMBAHASAN
4.1 Data Penelitian
UD APOTIK XXX yang bergerak dalam bidang penjualan dan pembelian berbagai jenis obat serta kebutuhan sehari-hari.Banyaknya jenis barang yang dimiliki oleh APOTIK XXX maka penulis membatasi data yang akan digunakan untuk menentukan persediaan akhir yaitu tentang obat Juvelon Multivitamin.
Dalam bab ini akan disajikan perhitungan nilai persediaan akhir sehubungan dengan penjualan yang dilakukan UD. APOTIK XXX. Data transaksi pembelian obat Juvelon Multivitamin yang dilakukan oleh UD. APOTIK XXX selama bulan Desember 2009 dapat penulis tampilkan pada tabel 4.1 berikut ini:

Tabel 4.1
Data pembelian obat Juvelon Multivitamin
bulan Desember 2009
Tanggal Transaksi Kuantitas (kapsul) Harga / kapsul Jumlah
01 /12 / 2009 Persediaan Awal 100 Rp 3.000 Rp 300.000
03 /12 / 2009 Pembelian 250 Rp 3.450 Rp 862.500
07 /12 / 2009 Pembelian 225 Rp 3.600 Rp 810.000
10 /12 / 2009 Pembelian 150 Rp 2.650 Rp 397.500
15 /12 / 2009 Pembelian 200 Rp 3.900 Rp 780.000
22 /12 / 2009 Pembelian 25 Rp 3.600 Rp 90.000
29 /12 / 2009 Pembelian 125 Rp 3.750 Rp 468.750
BTUD 1075 Rp 3.708.750
Sumber Data: Bag. Administrasi Apotik xxx
Dari tabel 4.1 dapat diketahui barang yang tersedia untuk dijual sebanyak 1075 kapsul dengan jumlah pembelian bersih sebesar Rp 3.708.750,00.

Data transaksi penjualan obat Juvelon Multivitamin yang dilakukan oleh UD. APOTIK XXX selama bulan Desember 2009 dapat penulis tampilkan pada tabel 4.2 berikut ini:
Tabel 4.2
Data penjualan obat Juvelon Multivitamin
bulan Desember 2009
Tanggal Transaksi Kuantitas
(Kapsul) Harga / kapsul Jumlah
08/12 / 2009 Penjualan 200 Rp 4.400 Rp 880.000
16/12 / 2009 Penjualan 250 Rp 5.200 Rp 1.300.000
20/12 / 2009 Penjualan 200 Rp 5.600 Rp 1.120.000
25/12 / 2009 Penjualan 275 Rp 4.700 Rp 1.292.500
JUMLAH 925 Rp 4.592.500
Sumber Data: Bag. Administrasi Apotik xxx
Dari data penjualan selama bulan Desember 2009 terdapat penjualan sebanyak 925 kapsul dengan jumlah penjualan bersih Rp 4.592.500,00.

PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan permasalahan dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya maka penulis mengambil keputusan sebagai berikut
1. Pemilihan metode yang digunakan UD. APOTIK XXX sudah tepat karena dengan sistem pencatatan perpetual, perusahaan mendapatkan informasi mengenai jumlah persediaan secara up to date dan perusahaan dapat menyusun laporan laba rugi sesuai arus fisik barang, sehingga laporan keuangan yang disajikan dapat diandalkan. Metode FIFO juga diperbolehkan menurut PSAK dan undang-undang perpajakan tetapi jika ditinjau dari segi harga yang mengalami kenaikan dan penurunan maka, sebaiknya perusahaan menggunakan metode penilaian harga pokok Rata-rata (Average). Metode rata-rata (Average) lebih mendekati dengan harga dipasaran dan dalam laporan laba rugi mencerminkan harga sekarang.

5.2 Saran
Penilaian harga pokok persediaan sebaiknya memakai metode Rata-rata (Average) karena kondisi harga barang yang mengalami kenaikan dan penurunan. Sistem pencatatan yang sebaiknya digunakan adalah sistem pencatatan perpetual agar perusahaan dapat melihat jumlah persediaan setiap saat.

TUGAS: Curriculum Vitae (CV)

TUGAS: Curriculum Vitae (CV)
Daftar Riwayat Hidup


Data Pribadi
Nama : Tri Handayani
Jenis kelamin : Perempuan
Tempat, tanggal lahir : Sukoharjo , 27 Mei 1988
Kewarganegaraan : Indonesia
Status perkawinan : Belum Menikah
Tinggi, berat badan : 160 cm, 48 kg
Kesehatan : Baik
Agama : Islam
Alamat lengkap : Palsigunung Rt04/03, Tugu,Cimanggis, Depok.
Telepon, HP : 08985533827
E-mail : three.gemini@gmail.com

Pendidikan
» Formal

1995-2001 : Tamatan SD Negeri 2 Pundungrejo
2001-2004 : Tamatan SMP Negeri 1 Tawangsari
2004-2007 : Tamatan SMA Negeri 1 Tawangsari
2007- : Universitas Gunadarma


» Non Formal
2005 : Kursus Komputer Berbasis Windows
2009 : Workshop Pajak (Brevet A) di Univ.Gunadarma
2010 : Kursus Pasar Modal (Market Share) di Univ. Gunadarma

Sertifikat Seminar
1. Sertifikat Komputer Berbasis Windows (2005)
2. Sertifikat Mengenal Teknologi CDMA & Strategi Pemasarannya. (2008)
3. Sertifikat Super Career Program (2008)
4. Sertifikat Gunadarma Shariah “ ECONOMIC EVENT 2009” (2009)


Demikian daftar riwayat hidup ini saya buat dengan sebenar-benarnya.



Yang membuat,


(Tri Handayani)

Rabu, 17 November 2010

Tugas: Corporate Social Responsbllity (CSR)

Corporate Social Responsbllity (CSR)
CSR merupakan sebuah pendekatan di mana perusahaan mengintegrasikan kepedulian
sosial di dalam operasi bisnis mereka dan dalam interaksi mereka dengan para stakeholder
berdasarkan prinsip kemitraan dan kesukarelaan.

Aqua Danone Luncurkan Program ’Satu untuk Sepuluh’
MASIH banyak daerah di Indonesia yang ke¬sulitan mendapat akses air bersih. Pa¬dahal, air bersih merupakan faktor pen¬ting untuk mewujudkan hidup sehat.Di beberapa daerah di Nusa Tenggara Ti¬mur masih banyak warganya yang me¬ng¬alami kelangkaan air bersih. Untuk men¬dapatkannya, tak jarang mereka harus berjalan kaki dengan jarak yang jauh. Alhasil, banyak anak-anak kehila¬ng¬an waktu bermain karena harus meng¬am¬bil air.
Di salah satu desa di Timor Tengah Se¬la¬tan (TTS), Nusa Tenggara Timur, jarak sumber air dengan rumah penduduk sa¬ngat jauh. “Dibutuhkan satu jam untuk pergi pulang membawa air dalam jeriken tiap harinya,” ujar Sustainable Develop¬ment & CSR Aqua Danone Indonesia Bi¬na¬hidra Logiardi.
Kelangkaan air bersih memang men¬ja¬di sumber munculnya berbagai persoa¬l¬an di TTS. Masa depan sekolah tak ter¬urus karena anak-anak harus ber¬kon¬sen¬trasi penuh mencari air bersih. Belum lagi, pe¬nyakit demam berdarah, malaria, dan diare akut silih berganti mendera me¬re¬ka. “Berangkat dari situlah, Aqua Danone In¬donesia melalui Aqua untuk Anak Indo¬ne¬sia (AuAI) berkomitmen aktif mem¬ban¬tu memperbaiki kesejahteraan anak In¬donesia. Pemberdayaan masyarakat di TTS meru¬pa¬kan tahap pertama program Sa¬tu untuk Se¬puluh yang diluncurkan oleh Aqua Danone sebagai ben¬tuk nyata Satu untuk Sepuluh, pihak Aqua akan menyediakan 10 liter air bersih ba¬gi komunitas untuk kebutuhan me¬ma¬sak, mencuci, dan mandi dari setiap 1 liter bo¬tol Aqua ukuran 600 mililiter dan 1.500 mi¬liliter berlabel khusus selain pe¬nyuluhan hidup sehat, Aqua juga akan mengupayakan memperpendek jarak sum¬ber air ke kawasan penduduk melalui titik-titik pengambilan air.
Pembangunan infrastruktur semisal penempatan pipa-pipa penyaluran akan dilakukan.

(http://www.rileks.com/community/artikelmu/ceremonia/26641-rilisaquasatu-untuk-sepuluh.html)

CSR, Unilever gelar `Kamp Dokter Kecil Lifebuoy
PASURUAN, kabarbisnis.com: PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) melalui salah satu brand-nya, Lifebuoy, kembali menggelar acara Community Development dengan tema `Kamp Dokter Kecil Lifebuoy`. Ide awal kegiatan ini dimulai dari tema brand sabun Lifebuoy, yakni Indonesia Lebih Sehat.

Rabu, 27 Oktober 2010

TUGAS 2 “The Big Four Auditors”

Auditor Empat Besar (The Big Four Auditors) adalah kelompok empat firma jasa professional dan akuntansi internasional terbesar, yang menangani mayoritas pekerjaan audit untuk perusahaan publik maupun perusahaan tertutup. Auditor Empat Besar adalah sebagai berikut, dengan data terakhirnya:
Firma Pendapatan Karyawan Tahun Fiskal
PricewaterhouseCooper [1] $28.2 miliar 146.700 2008
Deloitte Touche Tohmatsu [2] $27.4 miliar 165.000 2008
Ernst & Young [3] $24.5 miliar 130.000 2008
KPMG [4] $19.8 miliar 123.000 2007
Kelompok ini sempat dikenal sebagai "Delapan Besar", dan berkurang menjadi "Lima Besar" melalui serangkaian kegiatan merger. Lima Besar menjadi Empat Besar setelah keruntuhan Arthur Andersen pada 2002, karena keterlibatannya dalam Skandal Enron..
1. PricewaterhouseCoopers
PricewaterhouseCoopers (PwC) adalah kantor jasa professional terbesar di dunia saat ini. Kantor ini dibentuk pada tahun 1998 dari penggabungan usaha antara Price Waterhouse dan Coopers & Lybrand. PwC adalah yang terbesar di antara the Big Four auditors, yang lainnya adalah Deloitte, Ernst & Young dan KPMG.
Jenis : Partnership
Industri : Akuntansi, Jasa Professional, Perpajakan, Konsultansi
Didirikan : 1849 (nama yang sekarang digunakan sejak 1998)
Kantor Pusat : Kantor pusat di New York City
Tokoh Penting: Pimpinan Samuel A. DiPiazza Jr
Produk : Jasa Profesional
Pendapatan : 20.3 miliar dolar AS (2005) [1]
Karyawan : 130.000
Situs web : www.pwc.com

sejarah
Kantor ini dibentuk dengan adanya penggabungan usaha dari dua kantor besar yaitu Price Waterhouse dan Coopers & Lybrand. Kedua kantor ini memiliki sejarah panjang sejak abad ke-19.
Price Waterhouse
Samuel Price, seorang akuntan, mulai praktek di London pada tahun 1849. Dalam tahun 1865 Price membuat persekutuan dengan William Holyland dan Edwin Waterhouse. Sejak tahun 1874 kantor ini kemudian dikenal dengan nama Price, Waterhouse & Co. Holyland akhirnya meninggalkan persekutuan itu dan kemudian huruf '& Co' dan koma dihilangkan dari nama kantor tersebut. Di akhir tahun 1800-an, Price Waterhouse mendapat pengakuan sebagai suatu kantor akuntan publik tepercaya. Dengan berkembangnya perdagangan antara Britania Rayadan Amerika Serikat, Price Waterhouse kemudian membuka kantornya di New York dalam tahun 1890, yang kemudian kantor di Amerika ini berkembang dengan sangat pesatnya. Kantor asalnya di Inggris juga membuka banyak kantor di negara-negara Persemakmuran Inggris. Setiap kali mendirikan persekutuan terpisah di setiap negara, setiap sekutu yang diberikan insentif yang baik untuk meluaskan praktek lokalnya. Jadi kegiatan PW di seluruh dunia merupakan suatu gabungan kantor-kantor lokal yang berkembang secara alamiah dibandingkan dengan merupakan hasil dari penggabungan usaha internasional.
Coopers & Lybrand
Seperti PW, Coopers & Lybrand juga didirikan dalam abad kesembilanbelas. Dalam tahun 1854 William Cooper mulai berpraktek di London, yang tujuh tahun kemudian berganti nama menjadi Cooper Brothers saat ketiga saudaranya bergabung. Di Amerika Serikat dalam tahun 1898 Robert H. Montgomery, William M. Lybrand, Adam A. Ross Jr. dan kakaknya T. Edward Ross mendirikan Lybrand, Ross Brothers and Montgomery. Coopers & Lybrand merupakan hasil penggabungan antara Cooper Brothers & Co; Lybrand, Ross Bros & Montgomery dan sebuah kantor dari Kanada McDonald, Currie and Co. dalam tahun 1957. Dalam tahun 1990 Coopers & Lybrand bergabung dengan Deloitte Haskins & Sells di Britania Raya, namun sebagian dari Deloitte bergabung dengan Touche Ross dan membentuk Deloitte Touche Tohmatsu.
Untuk menambah pembentukan kantor di berbagai ibukota utama dunia, seringkali PW atau Cooper menggabungkan diri dengan kantor akuntan lokal. Dengan cara ini terbentuklah kantor-kantor di tiap negara dan menggelembungkan jumlah kantornya agar bisa menawarkan jasanya dimanapun mereka berada. Pertumbuhan juga dirasakan dengan bertambahnya kebutuhan audit khususnya setelah Depresi Hebat dalam tahun 1920-an dan 1930-an dan juga dengan bertambah kompleksnya perpajakan.
Sebagai kelanjutan usahanya dalam memperoleh skala ekonomis, PW dan Arthur Andersen pernah membicarakan suatu penggabungan dalam tahun 1989, namun akhirnya negosiasi ini gagal terutama karena adanya konflik kepentingan contohnya keterkaitan bisnis Andersen dengan IBM padahal PW mengaudit IBM. Dalam tahun 1998 Price Waterhouse dan Coopers & Lybrand bergabung dan membentuk PricewaterhouseCoopers. Tahun berikutnya, pembicaraan untuk menggabungkan PwC dengan Grant Thornton gagal. Oleh karena berkurangnya jumlah kantor-kantor besar, sepertinya otoritas pengatur kompetisi akan sulit meluluskan ijin penggabungan usaha.
Struktur dan jenis jasa
Bentuk hukum suatu persekutuan sangat berbeda dengan suatu perusahaan dan sebenarnya secara global kantor ini merupakan gabungan dari kantor-kantor anggota yang mempunyai otonomi sendiri dalam masing-masing jurisdiksi negaranya masing-masing. Rekan senior dari kantor-kantor anggota duduk dalam suatu jajaran direksi yang merupakan payung organisasi yang dinamakan PricewaterhouseCoopers International Limited, suatu perusahaan yang di Britania Raya yang melakukan koordinasi. Saat ini, secara global dipimpin oleh Samuel A. DiPiazza Jr, (52 tahun), seorang rekan ex-Coopers & Lybrand.
PricewaterhouseCoopers memberikan bidang jasa di banyak negara di antaranya:
• Audit dan Atestasi
• Perpajakan, (perencanaan dan kepatuhan terhadap peraturan perpajakan)
• Konsultansi, termasuk pemantapan kinerja, transaksi dan penggabungan usaha serta akuisisi, dan manajemen krisis dalam berbagai area spesialisasi seperti jasa konsultansi akuntansi dan aktuarial
Daftar klien
Sekitar 82% dari penghasilan tahunan PwC disumbang oleh Eropa dan Amerika Utara, Eropa sendiri mencatat sebesar 45%. Jasa yang paling dominan adalah Audit dan Atestasi, yang menyumbang lebih dari 50% pendapatan PwC.
Pada Maret 2005, klien audit PricewaterhouseCoopers termasuk empat dari sepuluh perusahaan publik terbesar di Amerika Serikat (ExxonMobil, Ford Motor Company ChevronTexaco dan IBM). PwC juga mengaudit empat dari sepuluh perusahaan terbesar di Britania Raya (GlaxoSmithKline, Royal Dutch Shell, Barclays dan Lloyds TSB).
Klien besar PwC lain di antaranya American International Group, Freddie Mac, Bank of America, JP Morgan Chase, Tesco, Unilever, dan Academy of Motion Picture Arts and Sciences, yang melakukan tabulasi pemungutan suara untuk Academy Awards.
2. Deloitte Touche Tohmatsu
Jenis : Swasta
Industri : Jasa Profesional
Didirikan : London, Britania Raya (1895)
Kantor pusat : New York City, New York
Tokoh penting : Pimpinan : William G. Parrett
Ketua : Piet Hoogendoorn
Produk: Audit, Perpajakan, Konsultansi, Jasa risiko korporasi, Penasehat keuangan.
Pendapatan: 18,2 miliar dollar Amerika Serikat (2005)
Karyawan : 121,283 (2005)
Situs web: www.deloitte.com
sejarah
Deloitte Touche Tohmatsu (juga terkenal dengan merek Deloitte) adalah urutan kedua terbesar di dunia dalam bidang jasa profesional setelah PricewaterhouseCoopers dan merupakan anggota dari the Big Four auditors, sebuah kelompok kantor akuntan internasional terbesar di dunia. Dalam tahun 2004, dengan 16,4 miliar dolar Amerika Serikat, mereka merupakan yang terbesar di antara the Big Four auditors dalam hal penghasilan. Sebagai tambahan dari jasa akuntansi, Deloitte adalah satu dari kantor penasehat bisnis yang terbesar di dunia yang menawarkan jasa manajemen strategik dan operasional pada perusahaan-perusahaan dalam Fortune 500.
Sebelumnya, kantor ini dikenal dengan nama Deloitte & Touche yang terbentuk karena bergabungnya Touche Ross dan Deloitte Haskins & Sells (di luar Kerajaan Inggris) pada tahun 1990. Dalam tahun 1993, kantor internasional mengubah namanya menjadi Deloitte Touche Tohmatsu, nama yang ketiga berasal dari kantor Tohmatsu & Co, yang bergabung dengan Touche Ross dalam tahun 1975. Nama kantor ini merupakan gabungan nama William Welch Deloitte, George Touche, dan Panglima Nobuzo Tohmatsu. Nama Deloitte adalah nama tertua yang terus-menerus digunakan dalam profesi akuntansi. Deloitte Touche Tohmatsu berbentuk hukum Swiss Verein, suatu organisasi keanggotaan berdasarkan Undang-undang Sipil Swiss (Swiss Civil Code) dimana setiap anggotanya merupakan badan hukum tersendiri dan independen. Kantor pusat globalnya berkedudukan di Manhattan, New York.
Menurut website-nya, sampai tahun 2004, Deloitte mempekerjakan 115.000 profesional pada hampir 150 negara, menawarkan jasa audit, perpajakan, konsultansi dan penasehat keuangan kepada lebih dari separuh jumlah perusahaan terbesar di dunia.
Deloitte di Indonesia di wakili oleh Osman Bing Satrio dan Rekan, juga didukung oleh PT. Deloitte Konsultan Indonesia dan Deloitte Tax Service.

3. Ernst & Young
Ernst & Young merupakan perusahaan global yang terdiri dari sejumlah perusahaan anggota. EY Global bermarkas di London, EY AS di New York, dan EY Indonesia di Jakarta.
Jenis : Perusahaan anggota mempunyai bentuk legal yang bervariasi, AS dan Britania: Limited Liability Partnership
Industri : Jasa professional
Didirikan : 1989; komponen individual dari 1849
Kantor pusat : London, Inggris, Britania Raya
Tokoh penting : James S. Turley, Direktur dan CEO
Produk : Audit, Perpajakan, Konsultasi.
Pendapatan : 24.523 juta Dolar AS (2008)
Karyawan : 135.730 (Global)
Divisi : Assurance, Tax, Transactions, Advisory (Lihat di bawah)
Situs web : www.ey.com

Sejarah
Pada tahun 1903, perusahaan Ernst & Ernst didirikan di Cleveland oleh Alwin dan Theodore Ernst. Pada tahun 1906, Arthur Young & Company didirikan di Chicago oleh Arthur Young.
Pada awal tahun 1924, perusahaan-perusahaan AS tersebut beraliansi dengan perusahaan dari Britania Raya, Young dengan Broad Paterson & Co, dan Ernst dengan Whinney, Smith & Whinney. Pada 1979, Ernst & Whinney terbentuk dan menjadi firma akuntansi keempat terbesar di dunia. Pada tahun 1989, peringkat empat bergabung dengan peringkat lima, Arthur Young, sehingga tercipta Ernst & Young ("EY").
Indonesia
Di Indonesia, EY berafiliasi dengan Kantor Akuntan Publik Purwanton, Suherman & Surja (PSS). Klien utama Ernst & Young antara lain Pertamina, Bank Negara Indonesia (BNI), Bank Rakyat Indonesia (BRI), PT Krakatau Steel & Group, Coca Cola Bottling Indonesia & Indosat
Struktur global
Setiap negara anggota EY dikelola sebagai bagian dari salah satu dari lima wilayah:
• Eropa, Timur Tengah, India & Afrika (EMEIA)
• Amerika
• Timur Jauh
• Oseania
• Jepang
Setiap wilayah memiliki sebuah tim manajemen tunggal, dipimpin oleh seorang Area Managing Partner yang duduk dalam Dewan Eksekutif Global (Global Executive Board). Seluruh wilayah mengintegrasikan model bisnis mereka.
Lini jasa dan pertumbuhan
EY memiliki empat lini jasa utama:
• Assurance, yaitu audit keuangan (assurance pokok) yang menyumbangkan 54% dari total pendapatan pada 2007.
• Tax, meliputi Business Tax Compliance, Human Capital, Indirect Tax, International Tax Services, Tax Accounting & Risk Advisory Services, dan Transaction Tax, dengan kontribusi pendapatan pada 2007 sebesar 22%.
• Transactions meliputi due diligence komersial, keuangan, real estat, dan pajak, merger & akuisisi, penilaian & pemodelan bisnis, restrukturisasi korporasi, dan jasa integrasi. Dikenal sebagai Transaction Advisory Services (TAS).
• Advisory, meliputi Technology and Security Risk Services (TSRS), Fraud Investigation and Dispute Services (FIDS), dan Business Risk Services (BRS). Sebelumnya lini jasa ini disatukan dengan Assurance dalam Assurance and Advisory Business Services (AABS). Lini jasa ini menyumbangkan 12% pendapatan pada 2007.
Bisnis jasa konsultasi EY berkembang sangat pesat selama tahun 1980-an dan 1990-an. Oleh karenanya U.S. Securities and Exchange Commission (Bapepam Amerika Serikat) dan anggota komunitas investasi sangat mengkhawatirkan kemungkinan terjadinya konflik kepentingan antara jasa konsultasi dan audit. Namun demikian, EY adalah yang pertama dari the Big Four auditors yang kemudian secara resmi melakukan pemisahan secara penuh atas kegiatan bisnis sistem integrasi dan praktek auditnya.
Klien audit global besar
Ernst & Young adalah auditor dari banyak perusahaan utama di Fortune 1000 seperti AOL Time Warner, Wal-Mart, Amazon.com, 3M, Oracle, McDonald’s, Google, Intel, Hewlett-P


4. KPMG
KPMG adalah salah satu perusahaan jasa profesional terbesar di dunia. KPMG mempekerjakan 104.000 orang dalam partnership global menyebar di 144 negara. Pendapatan komposit dari anggota KPMG pada 2005 adalah US$15,7 milyar. KPMG memiliki tiga jalur layanan: audit, pajak, dan penasehat. KPMG adalah salah satu anggota the Big Four auditors, bersama dengan PricewaterhouseCoopers, Ernst & Young dan Deloitte.
Jenis : Swiss Verein
Industri : Jasa professional
Didirikan : 1987; komponen individual sejak 1870
Kantor pusat : Amsterdam, Belanda
Produk : Audit, Pajak, Penaseha
Pendapatan : 15.7 miliar dolar AS (2005)
Karyawan : 104.000
Situs web : www.kpmg.com
Setiap perusahaan nasional KPMG adalah sebuah badan legal independen dan merupakan anggota dari KPMG internasional, perusahaan Swiss Verein yang bermarkas besar di Belanda. Pada awal 2005, perusahaan anggotanya di AS, KPMG LLP, dituduh oleh Departemen Kehakiman Amerika Serikat atas penipuan dalam memasarkan perlindungan pajak yang menyimpang dari hukum. Dalam suatu kesepakatan, KPMG LLP mengakui telah berbuat kejahatan dengan menciptakan perlindungan pajak palsu untuk menolong klien-kliennya yang kaya untuk menghindari pajak sebesar $2.5 milyar dan setuju untuk membayar hukuman denda sebesar $456 juta. KPMG LLP tidak akan menghadapi tuntutan hukum atas perbuatan kriminal ini selama ia setuju dengan syarat-syarat dalam kesepakatan dengan pemerintah.
KPMG International dipimpin oleh Michael D.V. Rake, Ketua, Mitra Senior KPMG di Britania Raya; Michael P. Wareing, CEO, Mitra KPMG di Britania Raya; John B. Harrison, Ketua-Wilayah Asia Pasifik, Mitra KPMG di RRT dan Hong Kong; Timothy P. Flynn, Ketua-Wilayah Amerika, Ketua KPMG di Amerika Serikat; Ben van der Veer, Ketua-Wilayah Eropa, Timur Tengah dan Afrika, Ketua KPMG di Belanda.
KPMG Indonesia
Di Indonesia, KPMG memiliki partner lokal yaitu KAP Siddharta & Widjaja yang dipimpin oleh Tohana Widjaja
(sumber: Wikipedia bahasa Indonesia)

Minggu, 03 Oktober 2010

Tugas: MENCARI ARTIKEL TENTANG "ETIKA PROFESI AKUNTANSI"

Tugas: ARTIKEL
Etika Akuntansi Program: Sebuah Kebutuhan Profesional
By David F. Bean and Richard A. Bernardi Oleh David F. Bean dan Richard A. Bernardi



DECEMBER 2005 - Fraudulent activities at Enron, WorldCom, HealthSouth, and other companies have had devastating effects on the financial markets and investors. Desember 2005 - kegiatan Penipuan di Enron, WorldCom, HealthSouth, dan perusahaan lain memiliki pengaruh yang sangat buruk di pasar keuangan dan investor. Many senior citizens anticipating retirement have found their assets and dreams decimated. Many ask, “Where were the auditors and accountants who were supposedly protecting our interests?” When upper management “plays with the numbers,” the public often assumes that the accountants and auditors act as willing and active participants in the process. Banyak warga senior mengantisipasi pensiun telah menemukan aset mereka dan impian hancur. Banyak bertanya, "Di mana auditor dan akuntan yang diduga melindungi kepentingan kita?" Ketika manajemen atas "bermain dengan angka," masyarakat sering menganggap bahwa para akuntan dan auditor bertindak sebagai peserta bersedia dan aktif dalam proses. Whether this is a fair assessment or not, the lack of ethics perceived by the public is a severe threat to the accounting profession. Apakah ini adalah penilaian yang adil atau tidak, kurangnya etika dirasakan oleh masyarakat merupakan ancaman parah pada profesi akuntansi.
Retaining or improving its previous level of trust and respect requires the profession to take proactive measures to restore its credibility. Mempertahankan atau meningkatkan tingkat sebelumnya kepercayaan dan menghormati profesi mengharuskan untuk mengambil langkah-langkah proaktif untuk mengembalikan kredibilitasnya. The National Association of State Boards of Accountancy (NASBA) is reviewing the comments received on its exposure draft for Rules 5-1, “Education Requirements—Definitions,” and 5-2, “Education Requirements—Determining Compliance of the Applicant's Education.” A major issue in the exposure draft is the requirement for ethics courses in accounting education. Asosiasi Nasional Dewan Akuntansi Negara (NASBA) sedang mengkaji komentar yang diterima tentang draf eksposur untuk Aturan 5-1, "Pendidikan Persyaratan-Definisi," dan 5-2, "Pendidikan Persyaratan-Menentukan Kepatuhan Pemohon Pendidikan." Masalah utama dalam draf eksposur adalah persyaratan untuk program studi etika dalam pendidikan akuntansi. NASBA has received strong opposition from many academics. NASBA telah menerima oposisi yang kuat dari banyak akademisi. In the authors' view, practicing accountants should control the agenda on qualifications to become a CPA and should become active proponents of ethics education both in the initial education of those entering the profession and in continuing professional education. Dalam penulis melihat, akuntan harus berlatih mengendalikan agenda pada kualifikasi untuk menjadi BPA dan harus menjadi pendukung aktif pendidikan etika baik dalam pendidikan awal mereka memasuki profesi dan melanjutkan pendidikan profesional. The views of the educational institutions and accounting faculty responsible for preparing students for entry into the accounting profession are not always the same as those of practicing professionals. Pandangan dari lembaga pendidikan dan fakultas akuntansi bertanggung jawab untuk mempersiapkan siswa untuk masuk ke dalam profesi akuntansi tidak selalu sama dengan profesional berlatih.
Institutions of Higher Education Lembaga Pendidikan Tinggi
The ubiquity of ethics in the mission statements of both universities and business schools requires greater scrutiny. Kehadiran etika dalam laporan misi kedua universitas dan sekolah bisnis membutuhkan pengawasan yang lebih besar. Many college mission statements contain claims such as “Our graduates are ethical leaders in the business and community” and “We produce ethical decision makers.” Yet only a handful of institutions require an ethics course as part of a student's liberal arts education, and few require a business ethics course. misi perguruan tinggi laporan Banyak mengandung klaim seperti "Lulusan kami adalah pemimpin etika dalam bisnis dan masyarakat", dan Kami memproduksi etis. pengambil keputusan "Namun" hanya segelintir institusi membutuhkan kursus etika sebagai bagian dari seni liberal pendidikan itu mahasiswa, dan beberapa membutuhkan kursus etika bisnis. If ethics is a meaningful component of a school's mission statement, then it should be supported by the requirement of ethics courses in the curriculum Jika etika adalah komponen bermakna dari pernyataan misi sekolah, maka harus didukung oleh kebutuhan kursus etika dalam kurikulum
Accounting Academics Akuntansi Akademisi
The most vocal opponents of the call for increased ethics education are committed proponents of the neoclassical economics paradigm, who seem to perceive ethics education as a threat to their conception of accounting. Vokal lawan sebagian besar panggilan untuk pendidikan etika meningkat berkomitmen pendukung dari paradigma ekonomi neoklasik, yang tampaknya menganggap pendidikan etika sebagai ancaman bagi konsepsi mereka tentang akuntansi. Many members of this group appear to be deeply offended by what they believe was a failure by NASBA to obtain their approval on the inclusion of ethics courses in the accounting curriculum; they are lobbying for a committee to study the matter before NASBA goes forward with an ethics requirement. Banyak anggota kelompok ini tampaknya sangat tersinggung dengan apa yang mereka percaya adalah kegagalan NASBA untuk mendapatkan persetujuan mereka pada inklusi kursus etika dalam kurikulum akuntansi, mereka melobi untuk sebuah komite untuk mempelajari masalah ini sebelum NASBA terus maju dengan etika kebutuhan.
The authors' interpretation of this request for a committee is twofold. penulis Interpretasi atas permohonan panitia ada dua. First, one must ask where these critics have been lately, because ethics is not a new or even recent concern to the profession. Pertama, kita harus bertanya di mana para kritikus telah akhir-akhir ini, karena etika bukan atau bahkan baru-baru kekhawatiran baru untuk profesi. Second, burying the issue of ethics education by forming a committee to ensure nothing will result is a political strategy. Kedua, mengubur masalah pendidikan etika dengan membentuk sebuah komite untuk memastikan tidak akan ada hasilnya adalah strategi politik.
Opponents of ethics courses in accounting have framed the debate in a manner that places an undue burden on the proponents of such ethics courses. Penentang kursus etika dalam akuntansi telah membingkai perdebatan dengan cara yang menempatkan beban yang tidak semestinya pada pendukung kursus etika tersebut. The opponents demand proof that ethics courses result in a significant increase in the ethics of accountants or that ethics courses significantly improve the education of accountants. Permintaan bukti lawan bahwa etika kursus menghasilkan peningkatan yang signifikan dalam etika akuntan atau bahwa etika kursus secara signifikan meningkatkan pendidikan akuntan. The issue should be recast to ask: “What courses are more important in a curriculum educating accountants than an accounting ethics course?” The burden of proof has been and continues to be misplaced; a fairer assessment is needed. Masalah ini harus menyusun kembali bertanya: "Apa program yang lebih penting dalam kurikulum pendidikan akuntan dari sebuah etika kursus akuntansi?" Beban pembuktian telah dan terus menjadi salah, sebuah penilaian yang lebih adil diperlukan. NASBA's proposal of three ethics courses would represent nine credits in a 150-hour curriculum, or just 6%. Teman-proposal NASBA dari tiga program etika akan mewakili sembilan kredit dalam kurikulum 150 jam, atau hanya 6%. Surely the most severe threat to the accounting profession deserves more attention. Tentunya ancaman paling parah pada profesi akuntansi layak untuk mendapatkan perhatian lebih.
Some members of the accounting academic community argue that research is needed to demonstrate the effectiveness and need for ethics courses in accounting. Beberapa anggota komunitas akademik akuntansi berpendapat penelitian yang diperlukan untuk menunjukkan efektivitas dan kebutuhan untuk program etika dalam akuntansi. Again, while this is probably an honest concern for some academics, others will never be sufficiently convinced by the evidence. Sekali lagi, saat ini mungkin menjadi perhatian jujur untuk beberapa akademisi, yang lain tidak akan pernah cukup yakin dengan bukti. Unfortunately, many view this as a tactic to permanently delay the implementation of ethics courses for accountants. Sayangnya, banyak melihat ini sebagai taktik untuk secara permanen menunda pelaksanaan kursus etika untuk akuntan. If these accounting academics were interested in the topic, they would be publishing a significant quantity of articles on ethics, which would be spawning additional research. Jika akademisi akuntansi tertarik pada topik ini, mereka akan menerbitkan jumlah signifikan artikel tentang etika, yang akan pemijahan riset tambahan. Yet, in the premier journal of accounting academics, The Accounting Review , over the period 1980–2004, less than 2% of the published articles were on the subject of ethics. Namun, dalam jurnal utama akademisi akuntansi, Akuntansi Review, selama periode 1980-2004, kurang dari 2% dari artikel yang diterbitkan adalah tentang masalah etika. Such a low figure demonstrates the lack of interest in ethics by the accounting academic community and supports the notion that the academic community significantly distances itself from the concerns and realities confronted by practicing accounting professionals. Seperti sosok yang rendah menunjukkan kurangnya minat dalam etika oleh komunitas akademis akuntansi dan mendukung gagasan bahwa masyarakat akademik secara signifikan jarak diri dari keprihatinan dan kenyataan dihadapkan oleh praktisi profesional akuntansi.

Training Ethics Researchers/Teachers Pelatihan Etika Peneliti / Guru
The authors propose that an initial course in ethics, rooted in philosophy and ethical reasoning, should be a required course prior to taking a discipline-specific ethics course in either business or accounting. Penulis mengusulkan bahwa kursus awal dalam etika, berakar dalam filsafat dan pertimbangan etis, seharusnya menjadi program yang dibutuhkan sebelum mengambil kursus etika tertentu-disiplin baik dalam bisnis atau akuntansi. A discipline-specific ethics course in accounting is essential to the education of students preparing for the profession, and should be taught by tenure-track accounting faculty. Sebuah etika yang spesifik saja-disiplin dalam akuntansi adalah penting bagi pendidikan siswa mempersiapkan profesi, dan harus diajarkan oleh track akuntansi fakultas-kepemilikan. The authors believe that accounting faculty are the most appropriate teachers of accounting ethics. Para penulis percaya bahwa fakultas akuntansi yang sesuai kebanyakan guru etika akuntansi. Within such a course, accounting students should be exposed to real-world dilemmas that capture the complexities and technicalities they will confront in the future. Dalam kursus tersebut, mahasiswa akuntansi boleh terkena dilema dunia nyata yang menangkap kompleksitas dan teknis mereka akan menghadapi di masa depan. Although liberal arts professors are well versed in ethics, very few have a technical background in accounting or knowledge of the business world, which are essential components of an accounting ethics course. Meskipun seni liberal profesor berpengalaman dalam etika, sangat sedikit memiliki latar belakang teknis dalam akuntansi atau pengetahuan tentang dunia bisnis, yang merupakan komponen penting dari sebuah etika kursus akuntansi.
There is currently a shortage of accounting ethics teachers and researchers; for example, Bernardi (“A Commentary on Suggestions for Providing Legitimacy to Ethics Research in Accounting Education,” Issues in Accounting Education , 2004) points out that only 168 of 6,200 accounting faculty indicate that ethics is an area of research interest to them. Saat ini ada kekurangan guru akuntansi dan etika peneliti, misalnya, Bernardi ("A Commentary on Saran untuk Memberikan Legitimasi untuk Etika Penelitian di Pendidikan Akuntansi," Isu dalam Pendidikan Akuntansi, 2004) menunjukkan bahwa hanya 168 dari 6.200 dosen akuntansi menunjukkan bahwa etika merupakan bidang perhatian penelitian kepada mereka. Additionally, while approximately one-third of the journals in the marketing and management areas of business education indicate an interest in professional responsibility and ethics, only four of the 131 (3.1%) accounting-related journals indicate an interest in these areas. Selain itu, sementara sekitar sepertiga dari jurnal di bidang pemasaran dan manajemen pendidikan bisnis menunjukkan minat pada tanggung jawab profesional dan etika, hanya empat dari 131 (3.1%)-terkait jurnal akuntansi menunjukkan minat di bidang ini.
The quantity and quality of accounting ethics teachers and researchers would increase over time if academics included ethics articles in their publications. Kuantitas dan kualitas guru akuntansi dan etika peneliti akan meningkat dari waktu ke waktu jika akademisi termasuk artikel etika dalam publikasi mereka. Professionals can effect change by contributing or redirecting funds to doctoral-granting institutions that are actively engaged in producing ethics research, and graduating doctoral students that produce ethics research. These institutions are identified in “The Place of Ethics Scholarship in the US Accounting Academy: Accounting Doctorates' Research Productivity in Ethics Journals,” by Richard A. Bernardi, David F. Bean, and Paul F. Williams, Research on Professional Responsibility and Ethics in Accounting , 2005. Profesional dapat efek perubahan dengan ikut atau mengalihkan dana untuk doktor-pemberian institusi yang secara aktif terlibat dalam menghasilkan penelitian etika, dan lulus mahasiswa doktor yang menghasilkan penelitian etika:. Lembaga ini diidentifikasi dalam "Tempat Etika Beasiswa di Amerika Serikat Akuntansi Akademi Akuntansi Produktivitas penelitian Doctorates 'dalam Jurnal Etika, "oleh Richard A. Bernardi, David F. Bean, dan Williams F. Paul, Penelitian tentang Tanggung Jawab dan Etika Profesional di bidang Akuntansi, 2005.