Powered By Blogger

Kamis, 18 November 2010

JURNAL Penulisan Ilmiah

JURNAL Penulisan Ilmiah


ABSTRAK

Tri Handayani, 21207409
ANALISIS PENILAIAN PERSEDIAAN BARANG DAGANG DAN PENGARUHNYA TERHADAP LABA KOTOR PADA UD. APOTIK XXX
PI Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi,Universitas Gunadarma, 2010
Kata Kunci : Penilaian Persediaan Barang Dagang, Laba Kotor. Akuntansi Keuangan Menengah
( ix + 31 halaman )
Persediaan merupakan aktiva perusahaan yang memiliki peran penting dalam perusahaan dagang. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis harga pokok persediaan barang yang diterapkan oleh perusahaan, sehingga dapat diketahui kewajaran dari penilaian maupun pencatatan persediaan apakah sesuai dengan standar akuntansi keuangan yang berlaku. Perusahaan menerapkan sistem perpetual untuk pencatatan persediaan dan metode FIFO untuk penilaian harga pokok persediaannya. Berdasarkan hasil analisis dapat disimpulkan bahwa sistem pencatatan dan penilaian harga pokok persediaan pada perusahaan sudah sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku dan diterapkan secara konsisten sampai saat ini tetapi jika ditinjau dari segi harga yang naik turun maka lebih baik perusahaan menggunakan metode average. Pengaruh penerapan metode penilaian FIFO dan average pada perusahaan yang harga beli tidak naik turun atau frekuensi kenaikan harga sangat jarang dan kenaikan harga juga sangat kecil sehingga tidak ada perbedaan yang signifikan antara metode penilaian FIFO dan average. Pengaruh penerapan metode penilaian FIFO dan average pada perusahaan yang harga beli mengalami kenaikan dan penurunan atau frekuensi kenaikan harga cukup sering dan kenaikan harga juga besar adalah nilai persediaan akhir apabila menggunakan metode FIFO akan lebih besar dibandingkan dengan metode average dan harga pokok penjualan dengan metode FIFO akan lebih kecil dibandingkan dengan metode average, sehingga menyebabkan laba yang diperoleh perusahaan dengan metode FIFO lebih besar dibandingkan average. Pengaruh penerapan metode pencatatan perpetual, perusahaan mendapatkan informasi mengenai jumlah persediaan secara up to date dan perusahaan dapat menyusun laporan laba rugi sesuai arus fisik barang, sehingga laporan keuangan yang disajikan dapat diandalkan.

1.1 Latar Belakang
Di era globalisasi ini banyak sekali perusahaan-perusahaan maupun pertokoan-pertokoan yang didirikan, sehingga persaingan diantara perusahaan lebih ketat. Pada dasarnya setiap orang yang mendirikan Perusahaan itu mempunyai tujuan yang sama yaitu mencari keuntungan yang sebesar-besarnya. Agar tujuan tersebut tercapai mereka di tuntut untuk berusaha agar perusahaan berjalan dengan lancar. Perusahaan dagang adalah perusahaan yang kegiatan usahanya melakukan transaksi pembelian barang dagang kemudian untuk dijual kembali tanpa mengubah bentuknya. Perusahaan – perusahaan yang digolongkan sebagai perusahaan dagang antara lain adalah distributor, agen tunggal, pengecer, toko swalayan, toko serba ada, plasa, pusat-pusat perbelanjaan, atau pusat barang-barang grosir. Persediaan merupakan barang-barang yang tujuannya untuk dijual kembali melalui kegiatan perusahaan yang normal serta barang yang masih dalam proses produksi. Penjualan barang dagangan merupakan sumber pendapatan pokok bagi perusahaan dagang.
Persediaan sangat penting bagi perusahan dagang maupun manufaktur agar operasional berjalan dengan lancar. Manajer atau pimpinan perusahaan berusaha untuk memberikan pelayanan yang baik bagi konsumennya dengan memenuhi kebutuhannya dengan cara menjaga ketersediaan barang dagangnya. Persediaan bagi perusahaan dagang terdiri dari satu kelompok persediaan yang biasa disebut barang dagang sedangkan pada perusahaan manufaktur persediaan yang dimiliki terdiri dari persediaan bahan baku, supplies pabrik, barang dalam proses dan barang jadi. Penggolongan jenis-jenis persediaan tersebut sangat dipengaruhi oleh sifat dan jenis perusahaan. Persediaan merupakan salah satu unsur didalam penentuan harga pokok penjualan bagi perusahaan dagang dan manufaktur, yang dilaporkan didalam laporan laba rugi dan dari persediaan akhir tersebut yang akan di laporkan dalam laporan neraca.
Dalam rangka melakukan penilaian , maka perusahaan harus merencanakan dan menerapkan suatu metode penilaian persediaan. Dalam metode penilaian persediaan, terdapat 4 (empat) metode yang paling lazim digunakan, yaitu metode identifikasi khusus, FIFO, LIFO dan rata-rata. Dalam Undang-undang perpajakan Indonesia hanya memperbolehkan penilaian persediaan barang untuk penghitungan harga pokok dengan metode FIFO atau metode weighted average. Exposure Draft Standar Akuntansi Keuangan (ED PSAK (14) menyatakan persediaan dinilai dengan FIFO dan average method saja. Dalam Undang –undang perpajakan penilaian persediaan menggunakan LIFO tidak diperbolehkan karena yang disajikan dalam laporan keuangan sering kali dinilai lebih rendah dari yang sebenarnya terjadi sebab dalam penilaian persediaan menggunakan LIFO harga pokok yang digunakan adalah harga terakhir. Ada indikasi kecurangan yang dinilai oleh para analis pajak Hal ini menyebabkan LIFO semakin dinilai hanya mengejar keuntungan tax-saving. Oleh karena itu, para analis pajak, berpendapat bahwa LIFO sebaiknya dihapuskan.
Pada umumnya perusahaan menggunakan salah satu metode penilaian persediaan yang sesuai dengan kondisi dan bidang usahanya. Pengaruh metode penilaian persediaan terhadap laporan keuangan sangat besar, terutama pada laporan laba rugi dan laporan neraca. Pada laporan laba rugi, pengaruh metode penilaian persediaan terletak pada harga pokok penjualan, sedangkan pengaruh metode penilaian persediaan terhadap laporan neraca terletak pada nilai persediaan akhir.
Berdasarkan uraian diatas dapat dilihat pentingnya melakukan perhitungan nilai persediaan sehingga penulis tertarik untuk memilih judul dalam menyusun Penulisan Ilmiah yaitu “ Analisis Penilaian Harga Pokok Persediaan Barang Dagang pada UD. APOTIK XXX“.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana perbandingan laba kotor antara penilaian persediaan dengan menggunakan metode FIFO dan metode penilaian persediaan Rata-rata (Average).
1.3 Pembatasan Masalah
Dalam batasan masalah ini penulis hanya membahas penilaian persediaan barang dagang pada APOTIK XXX yang beralamatkan di Jl. Palsigunung, untuk menilai persediaan dengan jenis persediaan obat Juvelon Multivitamin. Data diambil dari transaksi yang terjadi selama bulan Desember 2009. Penulis menganalisi dengan menggunakan metode FIFO, dan rata-rata (Average) dengan sistem perpetual untuk mengetahui besarnya persediaan akhir dan laba kotor pada masing-masing metode.
1.4 Tujuan Penulisan
Tujuan dari Penulisan Ilmiah ini adalah:
Mengevaluasi metode penilaian persediaan yang digunakan perusahaan dan memberikan solusi pemilihan metode penilaian persediaan yang paling tepat
1.5 Manfaat Penulisan
1) Bagi Perusahaan
Dengan adanya penulisan ini maka diharapkan dapat memberikan masukan dan sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan kebijakan manajemen perusahaan terutama yang berkaitan dengan persediaan barang dagang.
2) Bagi Penulis
Hasil penulisan ini berguna bagi penulis untuk menambah wawasan pengetahuan tentang jenis-jenis persediaan,cara pencatatannya dan metode penilaian persediaan pada suatu perusahaan.
1.6 Metode Penelitian
1.6.1 Objek penelitian
Penelitian ini dilakukan pada APOTIK XXX yang beralamatkan di Jl. Palsigunung, Cimanggis, Depok.
1.6.2 Data
Jenis data yang digunakan pada penulisan ini adalah menggunakan data pembelian dan penjualan obat Juvelon Multivitamin pada bulan Desember periode 2009 dan data umum yang berkaitan dengan penulisan.
1.6.3 Metode pengumpulan data
Adapun metode yang penulis gunakan dalam pengumpulan data-data yang berhubungan dengan Penulisan Ilmiah ini adalah sebagai berikut:
1). Riset Lapangan ( Field Research )
Kegiatan yang penulis lakukan dalam riset lapangan ini adalah mengumpulkan langsung dari perusahaan mengenai data-data informasi yang relevan serta ada hubungannya dengan Penulisan Ilmiah ini.
2). Riset Kepustakaan ( Library Research )
Data-data yang penulis kumpulkan dari riset perpustakaan yang bersumber pada:
a) Buku-buku atau literature.
b) Buku-buku perkuliahan.
c) Buku-buku bacaan lainnya yang ada hubungannya dengan Penulisan Ilmiah.

1.6.4 Alat analisis yang digunakan
Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode:
1. Metode penilaian persediaan First In First Out (FIFO)
Dalam metode ini, barang yang dibeli pertama adalah barang yang pertama kali dijual dan dikeluarkan dari persediaan.
2. Metode penilaian persediaan Rata – rata (Average)
a. Metode Rata-rata Tertimbang ( Weighted Average)
Dalam metode ini, penentuan harga pokok suatu barang ditentukan dengan cara menentukan harga rata-rata per unit dari barang yang akan dijual.
Untuk menentukan harga rata-rata yang ditetapkan untuk menjual barang dagangannya digunakan rumus:
Harga pokok per unit=
Jumlah harga beli barang tersedia untukdijual : Jumlah unit yang tersedia

b. Metode Rata-rata bergerak
Metode ini harga beli rata-rata persatuan harus dihitung setiap terjadi transaksi pembelian barang, dengn demikian rata-rata persatuan akan berlaku sampai dengan transaksi pembelian berikutnya.

LANDASAN TEORI
2.1 Kerangka Teori
2.1.1 Pengertian Persediaan
Persediaan harus dikelola dengan sebaik-baiknya dengan memperhatikan berbagai hal yang akan mempengaruhi besarnya jumlah persediaan di gudang. Pada tingkat penjualan tinggi persediaan berkurang sehingga kualitas barang yang ada dalam perusahaan jumlahnya relatif sedikit.
Pada dasarnya persediaan itu memperlancar operasi perusahaan yang harus dilakukan terus menerus dengan tujuan untuk memproduksi barang yang selanjutnya disampaikan kepada konsumen. Persediaan barang yang baik dan tepat diperlukan untuk memperkirakan dan menetapkan jumlah barang, agar persediaan itu efektif dan efisien.
Biaya barang-barang ini harus dicatat, dikelompokkan, dan diikhtisarkan selama periode akuntansi. Pada akhir periode, biaya dialokasikan diantara aktivitas periode berjalan dan aktivitas masa mendatang, yaitu diantara barang-barang yang dijual dalam periode yang berjalan dan barang-barang yang berada dalam persediaan untuk dijual pada periode mendatang.
Menurut Miswanto dan Eko Widodo ( 1998;171)” persediaan adalah bahan yang digunakan untuk dipakai guna memudahkan produksi atau memuaskan permintaan dari pelanggan atau konsumen, yang meliputi bahan baku, barang dalam proses, dan barang jadi”.
Persediaan (Bambang Riyanto,2000;67) adalah sebagai elemem-elemen utama dari madal kerja yang merupakan aktiva yang selalu dalam keadaan berputar, dimana secara terus menerus mengalami perubahan.
Menurut Smit Skusen (2000:282)“ Persediaan adalah unsur yang paling aktif dalam operasi perusahaan yang secara kontinyu diperoleh dan diproduksi lalu dijual kembali”.

Definisi persediaan menurut PSAK No 14 Tahun 2008 adalah Aktiva yang tersedia untuk dijual kembali dalam kegiatan usaha normal, dalam proses produksi dan atau dalam perjalanan dan dalam bentuk bahan atau pelengkap untuk digunakan dalam proses produksi atau pemberian jasa.
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya persediaan adalah elemen utama dari modal kerja yang paling aktif dalam operasi perusahaan dimana secara terus menerus mengalami perubahan baik yang tersedia untuk dijual kembali dalam kegiatan usaha normal perusahaan, dalam proses produksi dan dalam bentuk bahan pelengkap untuk digunakan dalam proses produksi atau pemberian jasa.

2.2 Kajian Uji Sejenis
Dengan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, terdapat kesamaan topik dan pemikiran yang sama terhadap penelitian sejenis.
Menurut Sulastri Mahasiswa Universitas Gunadarma Jurusan akuntansi membuat penelitian ilmiah berjudul” Analisis Perhitungan Persediaan dengan Metode LIFO dan FIFO pada Perusahaan Pandawa” (2005-2006). Dengan kesimpulan nilai persediaan barang yang baik untuk mencapai laba yang diharapkan adalah dengan menerapkan penilaian persediaan menggunakan metode FIFO, karena dengan persediaan barang pertama kas perusahaan dapat menentukan kapan perusahaan itu dijual dan menentukan laba yang diinginkan.
Menurut Hernawati Mahasiswa Universitas Gunadarma Jurusan Akuntansi membuat penelitian ilmiah berjudul “ Perhitungan Penilaian Persediaan Barang Dagangan dan Pengaruhnya Terhadap Laba Kotor pada UD.MAYA”. Dengan kesimpulan bahwa metode FIFO adalah metode yang paling tepat karena selain menghasilkan laba kotor yang tinggi, metode ini juga cocok untuk usaha yang tidak tahan lama serta aliran barang yang sesuai dengan aliran fisiknya akan memperoleh gambaran yang objektif terhadap laporan laba rugi yang dihasilkan pada tingkat harga yang berlaku pada tanggal neraca, walaupun metode FIFO akan memberikan pengaruh pajak yang lebih besar, tetapi mempunyai alokasi yang tinggi sehingga menghindari harga barang yang tingggi yang bisa menyebabkan barang tidak laku dijual.
METODE PENELITIAN
3.1. Objek Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada UD.APOTIK XXX yang beralamatkan di Jl. Palsigunung, Cimanggis, Depok.

3.1.1. Sejarah Singkat Perusahaan
Usaha Dagang yang dimiliki sekaligus dikelola oleh Dra. Rini Wulansari ini didirikan pada tanggal 10 Semtember 1995 dengan nama “APOTIK XXX ”. Dimana kepemilikannya berdasarkan kekeluargaan. Apotik ini merupakan suatu usaha dagang yang bergerak dalam bidang pembelian dan penjualan barang dagangan yang berupa obat-obatan dan kebutuhan sehari-hari.
APOTIK XXX yang beralamatkan di Jl., Palsigunung, Cimanggis ini didirikan dengan modal awal Rp 150.000.000,00 yang apabila dinilai dengan jumlah sekarang sebesar Rp 900.000.000,00. Jumlah karyawan yang dipekerjakan awalnya hanya 3 orang namun sejalan dengan laju pertumbuhan perekonomian yang semakin meningkat maka apotik ini menambah jumlah karyawan menjadi 16 orang dan mampu membuka cabang baru yang berlokasi di Jl. Gang nangka 22, Cimanggis.

PEMBAHASAN
4.1 Data Penelitian
UD APOTIK XXX yang bergerak dalam bidang penjualan dan pembelian berbagai jenis obat serta kebutuhan sehari-hari.Banyaknya jenis barang yang dimiliki oleh APOTIK XXX maka penulis membatasi data yang akan digunakan untuk menentukan persediaan akhir yaitu tentang obat Juvelon Multivitamin.
Dalam bab ini akan disajikan perhitungan nilai persediaan akhir sehubungan dengan penjualan yang dilakukan UD. APOTIK XXX. Data transaksi pembelian obat Juvelon Multivitamin yang dilakukan oleh UD. APOTIK XXX selama bulan Desember 2009 dapat penulis tampilkan pada tabel 4.1 berikut ini:

Tabel 4.1
Data pembelian obat Juvelon Multivitamin
bulan Desember 2009
Tanggal Transaksi Kuantitas (kapsul) Harga / kapsul Jumlah
01 /12 / 2009 Persediaan Awal 100 Rp 3.000 Rp 300.000
03 /12 / 2009 Pembelian 250 Rp 3.450 Rp 862.500
07 /12 / 2009 Pembelian 225 Rp 3.600 Rp 810.000
10 /12 / 2009 Pembelian 150 Rp 2.650 Rp 397.500
15 /12 / 2009 Pembelian 200 Rp 3.900 Rp 780.000
22 /12 / 2009 Pembelian 25 Rp 3.600 Rp 90.000
29 /12 / 2009 Pembelian 125 Rp 3.750 Rp 468.750
BTUD 1075 Rp 3.708.750
Sumber Data: Bag. Administrasi Apotik xxx
Dari tabel 4.1 dapat diketahui barang yang tersedia untuk dijual sebanyak 1075 kapsul dengan jumlah pembelian bersih sebesar Rp 3.708.750,00.

Data transaksi penjualan obat Juvelon Multivitamin yang dilakukan oleh UD. APOTIK XXX selama bulan Desember 2009 dapat penulis tampilkan pada tabel 4.2 berikut ini:
Tabel 4.2
Data penjualan obat Juvelon Multivitamin
bulan Desember 2009
Tanggal Transaksi Kuantitas
(Kapsul) Harga / kapsul Jumlah
08/12 / 2009 Penjualan 200 Rp 4.400 Rp 880.000
16/12 / 2009 Penjualan 250 Rp 5.200 Rp 1.300.000
20/12 / 2009 Penjualan 200 Rp 5.600 Rp 1.120.000
25/12 / 2009 Penjualan 275 Rp 4.700 Rp 1.292.500
JUMLAH 925 Rp 4.592.500
Sumber Data: Bag. Administrasi Apotik xxx
Dari data penjualan selama bulan Desember 2009 terdapat penjualan sebanyak 925 kapsul dengan jumlah penjualan bersih Rp 4.592.500,00.

PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan permasalahan dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya maka penulis mengambil keputusan sebagai berikut
1. Pemilihan metode yang digunakan UD. APOTIK XXX sudah tepat karena dengan sistem pencatatan perpetual, perusahaan mendapatkan informasi mengenai jumlah persediaan secara up to date dan perusahaan dapat menyusun laporan laba rugi sesuai arus fisik barang, sehingga laporan keuangan yang disajikan dapat diandalkan. Metode FIFO juga diperbolehkan menurut PSAK dan undang-undang perpajakan tetapi jika ditinjau dari segi harga yang mengalami kenaikan dan penurunan maka, sebaiknya perusahaan menggunakan metode penilaian harga pokok Rata-rata (Average). Metode rata-rata (Average) lebih mendekati dengan harga dipasaran dan dalam laporan laba rugi mencerminkan harga sekarang.

5.2 Saran
Penilaian harga pokok persediaan sebaiknya memakai metode Rata-rata (Average) karena kondisi harga barang yang mengalami kenaikan dan penurunan. Sistem pencatatan yang sebaiknya digunakan adalah sistem pencatatan perpetual agar perusahaan dapat melihat jumlah persediaan setiap saat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar